MADILOG, Tan Malaka 1943 (Lanjutan Bagian IX)
2
comments
S I S A
Perkara 1. KEAJAIBAN ANGKA 0
“Dunia fana ini saja belum engkau ketahui. Apalagi dunia baka!”, kata Guru Asia, yang paling jujur dimata saya: Guru Kung.
Yang dekat, yang sudah diketahui itulah yang menakjubkan penulis ini. Kejadian, kemuliaan dan kebesaran itu, buat saya ialah barang yang sudah diketahui, atau mungkin bisa diketahui banyak dan sifatnya. Keajaiban itu buat saya mestinya barang atau perkara yang mengandung pengetahuan. Pengetahuan itulah buat saya pangkal serta ujung keajaiban. Tak ada barang yang menakjubkan saya kalau barang itu belum sedikitpun saya ketahui. Sebaliknya berapapun kecilnya barang yang sudah diketahui itu, menakjubkan saya. Anak panahnya Seri Rama, yang bernama Gondewati, yang bisa menjelma menjadi Naga atau jembatan, menggelikan hati saya. Boleh juga menerbitkan kemarahan, karena kepercayaan pada kesaktian semacam itu, yang bisa diperoleh manusia, pada urat akarnya memadamkan semua hasrat dan minat terhadap Ilmu Bukti. Kesaktian satu Nabipun, yang dipercaya bisa membawa terbang melayang atau menghidupkan orang mati, tiadalah perkara yang menimbulkan rasa ketakjuban saya. Malah sebaliknya! Bahkan semut kecil yang mempunyai oragnisasi menjadi kukuh, setiap tempo dan tempat bisa menarik perhatian saya dan menimbulkan bermacam-macam perasaan dan pikiran yang hidup, dinamis.
Saya persilahkan tuan sebentar duduk bermenung! Ciptakan teropong 100 inchi (2,55 M) yang bisa melihat kesemua penjuru alam 500.000.000 tahun sinar jauhnya itu!
Saya katakan ciptakan! Karena kebanyakan diantara tuan tentulah tak berkemujuran bisa melihat apalagi memakai teropong semacam itu!
Tuan pikirkanlah bahwa 1 tahun sinar bejalan melalui 6.000.000.000.000 mil. Bisakah tuan menggambarkan antara yang dilalui oleh Sinar dalam 500.000.000 tahun yakni 500.000.000 kali 6.000.000.000.000 mil itu?
Dengan teropong tadi tak terpermanai banyaknyabintang, matahari, bumi dan bulan yang bisa disaksikan. Daerah kita ialah alam matahari dengan 9 buminya yang terutama. Tetapi Alam Matahari ini Cuma sebagian kecil sekali dari Alam Bintang kita, yang bisa dilihat oleh teropong raja tadi. Dalam Alam Bintang kita adalah 100.000.000.000.000 bintang, matahari, bumi dan bulan, tetapi bukan satu saja Alam Bintang diruang Alam Raya. Teropong tadi menyaksikan 100.000.000 Alam Bintang (universes) 33 (o). menurut Ahli, rapatnya bintang pada tiap-tiap Alam Bintang itu dipukul rata sama. Jadi tiap-tiap Alam Bintang yang 100.000.000.000 itu pukul rata mempunyai 100.000.000.000 bintang pula. Bisakah tuan menggambarkan 100.000.000 kali 100.000.000.000 banyaknya bintang, matahari, bumi dan bulan.
Tuan panggillah dihadapan tuan, Achmad dan Darmo. Dua pemuda teguh tegap. Suruhlah berpegangan tangan. Darmo berputar mengelilingi Achmad yang berputar mengelilingi dirinya sendiri, sambil memandang mukanya Achmad.
Achmad menarik Darmo dan sebaliknya Darmo menarik Achmad. Kedua berputar mengelilingi sumbu. Dengan begitu mereka mengadakan setimbang, yakni setimbang dalam bergerak atau pergerakan yang setimbang. Begtiu juga lakunya matahari dan bumi kita, Alam Matahari kita dan Alam Bintang kita dsb. Tetapi jangan tuan lupa, bahwa, keadannya Achmad dan Darmo tarik-menarik itu atau menarik dan menarik itu karena menarik menuju satu penjuru sama dengan menolak dipandang dari penjuru bertentangan, bahwa kodratnya Achmad dan Darmo itu bergantung pada banyak dan sifat tulang dan dagingnya mereka pada masa-zatnya. Begitulah kodrat matahari, bintang, bumi dan bulan yang 100.000.000 kali 100.000.000.000 juta itu bergantung pada jumlah zatnya. Jumlah zat (massa) matahari kita saja sudah 332 kali jumlah zat bumi kita. Jumlah zat Alam Bintang kita saja menurut perhitungan ahli sudah 160.000.000.000 kali jumlah zat matahari atau 332 kali 160.000.000.000 jumlah zat bumi kita. Jadi jumlah zatnya 100.000.000 Alam Bintang itu lebih kurang 100.000.000 kali 332 X 160.000.000.000 kali zat bumi. Menurut Ilmu Bukti sekarang maka kalau kodratnya proton kodrat elektronnya 1 ons batu arang bisa ditpertempurkan, dan satu sama lainnya binasa-membinasakan (neutralixing), maka kodrat yang bisa timbul adalah 100.000 kodrat kuda. Sekarang saya persilahkan tuan menggambarkan berapa kodrat kuda yang tersimpan dalam bumi kita, matahari kita, Alam Bintang kita yang berjumlah zat sama dengan 332 kali 160.000.000.000 jumlah zat bumi kita, dan akhirnya kdorat yang tersimpan dalam 100.000.000 Alam Bintang atau Universe itu menjadi 100.000.000. kali 332 X 160.000.000.000.000 zat bumi.
Tuan kita tuan betul-betul duduk berhenti bermenung diatas kursi menggambarkan angka diatas tadi. Sebenarnya tuan dengan kursi, rumah dan tanah yang tuan duduki itu dengan bumi kita ini tak pernah berhenti. Dalam satu tahun bumi kita mengedari matahari pada lingkaran yang panjangnya 937.000.000 KM itu. Jadi kita dan bumi kita terbang mengelilingi matahari dengan kecepatan 2.560.000 KM satu hari. Belum lag isepatah kata di sebutkan, ialah dalam satu detik maka bumi kita sudah terbang 18 mil. Masa dulu sampai zaman Galilei, Newton, matahari itu dianggap berhenti. Tetapi ilmu sekarang menghitung kecepatan matahari itu mengelilingi pusatnya ialah dekat bintang SAGITARIUS, di Alam Bintang kita dalam 225.000.000 tahun.
Tuan ingat barangkali kalimat dalam buku contoh Indonesia, berbunyi: bintang dilangit yang tidak tepermanai banyaknya! Pasti tuan tak bisa menghitung bintang itu karena banyaknya dan karena rapatnya. Tuan tentu menggeleng-gelengkan kepala, kalau mendengarkan ahli berbicara, bahwa pertempuran bintang dan bintang itu boleh dikatakan perkara mustahil. Tuan tentu bertanya dalam diri sendiri: Bisakah peredaran silang kilat itu berlaku dengan rapi? Tuan mesti tahu bahwa karena jauhnay para bintang itu dari kita, maka kelihatannya rapat dan kecil. Tetapi tuan masih ingat, bahwa antara kita dan matahari kita, yang rupanya dekat dan besarnya sedikit lebih besar dari kuwe ambon itu, adalah kira-kira 149.000.000 KM. Bintang yang paling dekat pada matahari kita ini, adalah 25.000.000.000.000 mil, jauh antara satu alam bintang besar dan alam bintang lain adalah 1.000.000 tahun sinar. Pada antara besar dan alam kosong diantara bintang dan bintang itulah juta-jutaan badan diruang alam itu, melakukan peredarannya menurut kodratnya masing-masing. Sepanjang perhitungan Sir Jean Jeans, maka pertempuran bintang dan bintang yang sebenarnya itu mungkin terjadi sekali dalam 600.000.000.000.000.000 tahun. Hal ini tak boleh jadi mengurangkan tidur atau nafsu tuan makan, tetapi angka ber-0-nya Sir Jean boleh tak bisa tuan gambarkan dalam pikiran.
Saya persilahkan tuan mendengar dan bermenung. Beberapa barisan angka ber-0, yang sudah bersaf-saf, dimata tuan. Tuan tak bisa menghitung sendiri banyaknya bintang dilangit itu. Malah taun tak bisa menggambarkan semua bilangan itu dengan pikiran. Saya sendiripun tak bisa. Pasti Sang Ahli sendiri juga tak bsia menggambarkan dalam otaknya. Dalam hal ini barangkali kita Cuma duduk percaya saja pada kebenaran perhitungannya.
Tetapi percaya dan percaya ada dua macam. Ajaib dan ajaib pun ada dua macam. Pertama, percaya dan kagum atas sesuatu yang berdasarkan bukti perhitungan dan Logika. Yang lain percaya dan kagum atas sesuatu yang tiada berdasarkan bukti ataupun perhitungan dan Logika.
Kalau saya tanakan pada tuan berapakah orang dikepulauan Indonesia yang sama banyak rambutnya? Tak mengerankan kalau tuan jawab t i d a k ada. Dan seorangpun tuan tak bisa menghitung rambut penduduk Indonesia yang 70.000.000 itu, walaupun perhitungan itu dijalankan semur hidup. Tetapi perhitungan Logika bisa memberi keyakinan. Pertama tuan mesti meandaikan banyak rambut yang paling sedikti pada satu kepala. Umpamanya satu orang, jadi selainya orang gundul sama sekali. Kedua, tuan mesti taksir berapa banyaknay rambut satu kepala yang paling tinggi 100.000 kah? Terlalu banyak, kata tuan. Saya tambah lagi jadi 1.000.000. sekarang kita kumpulkan mereka yang berbeda-beda rambutnya dari 1, 2, 3, ……..sampai 1.000.000 jadi kita peroleh satu golongan terdiri dari 1.000.000 orang. Diantara 1.000.000 orang ini tak ada dua orang yang sama-banyak rambutnya. Masih tinggal 70.000.000 – 1.000.000 = 69.000.000 yang belum diperiksa.
Kita bikin golongan kedua yang seorang berbeda banyak rambutnya dengan yang lain. Kita dapati golongan kedua terdiri dari 1.000.000 orang pula. Begitulah buat 70.000.000 penduduk Indonesia kita dapati 70 golongan yang dalam masing-masing golongan berbeda-beda banyak rambutnya.
Tetapi sekarang kita bandingkan golongan dengan golongan, yang masing-masing terdiri dari 1.000.000 orang, dan berambut berbeda-beda dari 1, 2, 3 …. Sampai 1.000.000 orang. Pda tiap-tiap golongan yang jumlahnya 70 golongan itu, kita dapati 70 orang yang tak sama mempunyai 1 rambut, 70 orang pula yang berambut 2, 70 orang pula yang berambut 3 …..sampai 70 orang yag berambut 1.000.000. jadi dalam 70 golongan adalah 70 x 70 = 4900 orang yang bersamaan rambut.
4900 orang yang sama banyak rambutnya ini kita peroleh dengan “andaian” yang seburuk-buruknya. Saya sendiri belum pernah berjumpakan orang Indonesia yang berambut satu. Yang berambut 100 pun jarang didapat. Kalau minimum (yang paling rendah) tadi, 1 tadi, kita naikkan jadi 100 maka kita memperoleh lebih dari 4900 yang bersamaan rambutnya. Puteri Sokawali pun saya pikir tak cukup 1.000.000 banyak rambutnya. Cobalah tuan cabut rambut tuan sampai 100.000 banyak rambutnya. Cobalah tuan cabut rambut tuan sampai 100.000! Kalau tuan belum lagi gundul paling sedikitnya sudah amat botak. Kalau maximum (yang paling tinggi) tadi diturunkan, maka kita tentu melipat yang 4900 tadi. Lagi pula tentulah lebih dari 70 orang yang sama-sama berambut 10.000, 9.000, 8.000, dsb. Dalam hal ini angka yang kita peorleh berlipat ke 4900 lebih banyak pula. Tetapi seandainya sebelum perhitungan Logika ini dijalankan dalam ini angka yang beroleh perlipat 49000 ialah banyak pula.
Tetapi seandainya, sebleum perhitungan Logika ini dijalankan, saya katakan, bahwa di Indonesia, di Jawa, malah di Jakarta saja mestinya banyak orang yang sama rambutnya tentulah tuan tak percaya.
Begitu juga sifatnya kepercayaan yang ktia tumpahkan pada seorang ahli dari Ilmu Bukti. Kalau tiada percaya, bukanlah kita tiada percaya sama sekali seperti tiada percaya kepada seribu satu impian yang datang dari kaki Gunung Himalaya. Kalau kita tak percaya pada perhitungan ahli Bintang Barat umpamanya, maka kata percaya itu mengandung arti s i l a p, yakni salah andaian (postulate), salah dasar (axioma), salah pangkal (premis), salah persangkaan (hypohtesis), salah teori atau undang, salah penglaksaan atau salah perhitungan. Semua kesalahan ini besok atau lusa bisa dibetulkan atau diperkecil.
Kalau pada permulaan cerita, Arjuna yang mahasuci dan mahasakti, dari Kitab yang unggul kita baca, bahwa Sang Arjuna bisa bersembunyi dalam subang bidadari, tetapi pada akhir cerita, Sang Arjuna tadi mesti menunggu mulutnya Raja manimantaka terbuka, buat dipanah, karena lima bagian badannya raja Manimataka ini kebal, maka kita berjumpa dengan aliran pikiran, yang bertentangan dengan common sence dan Logika pikiran sehat dan undang berpikir. Orang sehat pikiran mesti bertanya: kenapa Sang Arjuna tak sembunyi dalam roti martabaknya Raja Manimataka saja ............... Kemudian ya, kemudian sesudah mati, martabak itu ditelan-sungkahkan oleh Manimataka itu Sang Arjuna dengan Panah Pasupati dan laskar yang bisa disihirnya itu, bersorak-sorak atau menari hula-hula, dari rangkungannya sampai keujung ususnya. Apa guna bagi balatentara sebanyak itu, senjata lengkap buat pertarungan serupa mati-matian seperti manusia biasa! Sambpai berkali-kali Sang Arjuna mesti semedi? 1001 pertanyaan bisa dibikin, tetapi tak satu pun jawab bisa masuk akal. Anak-anak atau orang dewasa yang dididik dengan cerita keanak-anak, nonsense, omong kosong boleh percaya, rusak binasa kecerdasan inteleknya oleh cerita yang dipuja semacam itu. Hal ini sudah lama dan sangat menyedihkan hati saya, karena hal ini bergentung dengan politik semangatnya sebagian besar Rakyat Hindustan dan Negara muridnya, ialah Indonesia. Cerita Hindu semacam ini, Ramayana dan Mahabarata, yang jadi bahannya wayang itu tidaklah senilai dan segolongan dengan cerita Arab 1001 malam. Bangsa Arab tidaklah lemah, goblok bertahyul dan menganggap cerita itu sebagai kiasan saja ........ tak 1/1001 diantara cerita 1001 malam itu yang menjadi kepercayaan dan haluan hidupnya Arab.
Keulungan cerita 1001 malam walaupun berasal dari Hindustan, terletak kepada ketinggian pikiran yang bisa melayang. Buat bangsa Arab dan Eropa, juga Tionghoa, yang berdiri dengan dua kakinya ditanah pada dunia sebenarnya, dunia bukti, perlayangan pikiran itu, adalah satu pertengahan .......... buat tamasya ketaman impian, fantasi, seperti jasmani perlu olah raga, sport atau pelantunan sesudah mengerjakan pekerjaan berhasil, begitu juga pikiran perlu beristirahat, dilayangkan sesudah bekerja rapi teratur dan berdasarkan bukti. Bukanlah 1001 malam atau fairytales, cerita peri dan bidadari yang lain-lain itu dianggap sebagai hasrat yang murni yang bisa didapat dengan jalan semedi (tapa), yang mengambil hampir seluruh tenaga, pikiran dan tempo, dengan hasil yang hampa.
Perkara 2. JIWA.
Tuan anggap jiwa itu seperti sesuatu yang terpisah, tunggal, sendirinya, sesuatu anugerah yang diterima oleh manusia saja, akhirnya sesuatu anugerah yang bulat sempurna. Ada diantara tuan yang percaya, bahwa kalau seseorang mati, maka jiwa itu meninggalkan jasmani dan melayang-layang dialam ini, seolah-olah seekor burung yang tak bersarang. Ada pula diantara jiwa itu yang masuk kedalam badannya binatang. Seperti harimau dan buaya. Ada pula yang percaya, bahwa jiwa itu bersama-sama dengan jasmaninya orang mati tadi, berhenti-lena, seperti dalam badannya orang tidur, menanti-nanti panggilan malaikat sesudah hari kiamat. Kemudian pada sesuatu pengadilan akhirat akan ditimbang kebaikan dan keburukan seseorang yang bersalah akan dilemparkan kedalam api neraka, sedangkan yang baik akan dimasukkan kedalam surga buat selama-lamanya. Ada pula yang percaya, bahwa jiwa itu berpindah-pindah dari satu badan demi satu badan menurut kebaikan atau keburukan seseorang didunia fana ini. yang berbuat baik, jiwanya berpindah kejasmani manusia yang berkasta lebih tinggi kekasta yang tertinggi dan akhirnya berada disamping atau lebur dengan maha jiwa, Atman. Dia tak akan kembli lagi kedunia fana, kedunia rantai, kedunia belenggu yang jahanam ini. yang berbuat buruk, jwianya akan berpindah kebadan yang rendah demi rendah, dari kasta Paria, kasta terkutuk itu sampai ke-anjing, babi, kera,atau ular, kodok, cacing dan sebagainya.
Tetapi dimanakah dan bilakah tuan berjumpa dengan sesuatu kodrat yang t e r p i s a h dari benda, dan tiada menerima s i f a t – nya dari sesuatu benda? Bukankah kodrat listrik: tersimpan oleh benda kimianya, magnit pada besi beraninya, uap dan air mendidihnya, hidup pada tumbuhan atau hewan dan jiwa pada manusia? Pernahkah tuan berjumpa cahaya listrik, kalau tak ada awan dalam pabriknya, kodrat uap, kalau tak ada air mendidihnya, hidup pada kayu mati atau pada bangkai binatang atau jiwa pada mayat. Bisakah tongkat ditangan tuan berakar, berdaun dan berbunga, dapatkah bangkai anjing tuan menggonggong atau mencium kaki tuan, mayat anak tuan senyum dan memeluk leher tuan? Sudahkah tuan pikirkan, dimana tempatnya, atau mestinya bertempat surga atau neraka itu di Alam Raya kita ini? Pasti dalam daerah pemandangan yang jauhnya 500.000.000 tahun sinar, atau 500.000.000 kali 600.000.000.000 mil, baik kepenjuru ats atau kebawah, kiri atau kanan, muka atau belakang, Surga Loka atau Neraka itu tak akan terlihat dan pasti tak akan kelihatan berapapun majunya perkakas memandang. Apakah yang tuan maksudkan dengan hari kiamat itu pertempuran bintang dan bintang atau bumi dan bintang? Kalau begitu, tuan tunggulah, tunggulah dengan jiwa-lena itu 600.000.000.000.000.000 tahun lagi ........... kalau terjadi pula.
Seseorang ahli Ilmu Bukti, bertumbuk dan bertentangan fahamnya, kalau ia andaikan kodrat benda, hidup tumbuhan dan hewan serta jiwa manusia itu, masing-masing dianggap satu anugerah yang tak perduli-memperdulikan; satu anugerah yang tiba-tiba diberikan pada masing-masing yang menerimanya dengan bulat sempurna. Ahli Ilmu Bukti, mesti anggap kodrat hidup dan jiwa itu sebagai tingkat kemajuan, dari jutaan tahun, yang terbawa oleh benda yang berhubungan dengan dalam jutaan tahun itu pula; sebagai perubahan benda mati menurut undangnya dialektika dan logika, dalam jutaan tahun sampai ketingkat yang hidup dari sini sampai ketingkat manusia. Ada masa dan syaratnya benda hidup dan benda mati itu tak bisa dipisahkan. Berhubung dengan itu, kodratnya benda mati dan hidup atau jiwa itu tak pula bisa dipisahkan, melainkan berseluk-beluk: yang satu mengandung yang lain: tingkat yang rendah maju tumbuh ketingkat yang lebih tinggi dan tertinggi.
Jiwa itu pada zaman sekarang, malah dahulu pun sebelum zaman sekarang tiadalah lagi sesuatu yang gelap sama sekali! Tuan juga sudah mendengar dan barangkali sekali sudah mempelajari ilmu jiwa,psychologie, jiwa itu sudah ditentukan oleh tiga corak, ialah: Akal, perasaan dan kemauan. Dengan akal diketahui sifat dan banyaknay sesuatu barang. Buruk-baiknya sesuatu kelakuan manusia, indah jeleknysa sesuatu barang, senang susahnya sesuatu pekerjaan dll. Disaksikan oleh perasaan apabila tuan hendak mencapai sesuatu maksud, maka tuan memuja kemauan tuan. Sudah tentu akal, perasaan dan kemauan itu berseluk-beluk, karena ketiganya itu bersumber dijiwa juga. Tidaklah tuan ingin mengetahui sesuatu barang atau hal dan memakai akal dan pikiran, kalau barang atau hal itu, tiada mempengaruhi perasaan buruk-baik, indah-jelek atua senang-susahnya tuan. Tidaklah sebaliknya sesuatu barang atau hal menyusahkan tuan, kalau tuan sama sekali tiada mengetauhi seluk-beluknya barang atau hal itu. Akhirnya kemauan tuan dengan semangat hidup atau mati, hendak mencapai sesuatu idaman, mustahil bisa timbul dan bertambah kuat-kokoh kalau tidak disertai perasaan yang mendalam masuk kehati sanubari tuan dan pengetahuan cukup tentang idaman itu sendiri dan jalan mencapai idaman itu.
Sekarang saya bertanya: pernahkah tuan pusing kepala, sakit perut, atau sakit gigi? Pertanyaan ini kecil rupanya, tapi besar akibat jawabnya.
Seandainya tuan ditimpa salah satu dari penyakit yang belum boleh dikatakan berbahaya ini, bisakah tuan dengan akal itu mempelajari teori Pythagoras apalagi teori RELATIVITY dari Einstein dengan seksama seperti biasa? Bisakah tuan dengan perasaan itu kagum indahnya awan berarak atau bulan purnama raya dengan waringin-songsang; masih giat dna masih kuat kukuhkah kemauan tuan melanjutkan perlombaan lari, berenang atau berjalan dari Jakarta ke Bogor itu?
Kalau seandainya ubkan semacam penyakit saja malah sakit kepala, gigi dan perut, sekali jalan menggoda tuan bertambah naik atau bertambah turunlah kecerdasan, perasaan dan kemauan tuan terhadap beberapa perkara diatas tadi dan tiadalah susah menggambarkan wajah muka tuan, kalau pengakit tiga serangkai tdi ditambah pula dengan demam panas atau penyakit yang berbahaya seperti kolera dan pest. Dalam hal ini bagaimanapun kerasnya iman tuan atau manjurnya mantera yangtuan sebutkan, pasti akal, perasaan, kemauan, trimurti, jiwa tuan itu berada dalam antara a d a dan t i a d a.
Diatas kita saksikan penglaksanaan yang dahulu pernah kita uraikan ialah Jalan Perubahan Bersama (Comitant Variation). Perubahan (sebab) disertai perkataan (akibat). Perubahan keadaan jasmani disertai oleh perubahan jiwa. Makin sakit jasmani itu makin sakit pula jiwa itu. Sebaliknya dalam keadaan jasmani yang baik, barulah bisa diperoleh jiwa yang sehat: Otak yang terang benderang, perasaan yang halus mulia disertai hati gembira dan kemauan seperti baja, (Pada masing-masing orang tentulah hal ini berlaku menurut pembawaan (aanleg) masing-masing orang pula!).
Nyatalah pada contoh diatas terikatnya tersimpannya Jiwa itu pada Jasmani tiadalah jiwa itu satu benda yang lepas dari jasmani dan tiada memperdulikan hal ihwal jasmani itu. Sakit senangnya jasmnai berarti sakit senangnya jwia itu pula. Betul pula tetapi tiada s e l u r u h n y a, Cuma sebagai berlantunan, sakit jiwa terutama sakitnya perasaan itu mempengaruhi jasmani pula. Rusuh remuknya hati tuan, malah seekor anjingpun ................ karena kehilangan yang dicinta sayangi bisa menghilangkan nafsu tidur dan makan minum tuan dan akhirnya menimbulkan penyakit atau membawa tuan kepintu kubur.
Kalau sekiranya hal yang pilu sedih ini terjadi, bisakah tuan berjumpakan jiwa yang tuan cintakan tadi atau bisakah tuan menjumpai kembali kami, yang tuan tinggalkan? Bisa, kata setengah orang!
Tetapi malang y a n g s e t e n g a h o r a n g cuma mendengarkan dari lain orang pula, Cuma percaya pula; atau tertipu oleh tukang sulap yang bisa melakukan pada semua tempat, dan tempo dan bisa bergelangan mata orang banyak dan bersuluhkan bulan dan matahari.
Saya persilahkan tuan sebentar memperingati tiga kemungkinan yang dimajukan pada permulaan buku ini (halaman .......). Berhubung dengan tiga kemungkinan itu, maka menurut Dewa Ra (atau mahakuasa itu) tak bisa lebih dan tak bisa pula kurang kuasanya dari alam dan kodrat alam. Kalau diuji dengan Logika kita terpaksa mengakui bahwa Maha Kuasa itu, dalam hal ini di Egypte ialah Dewa Ra, sama diri (selfsim) dengan Alam dan Kodratnya.
Saya ulang: Yang Mahakuasa itu sama diri (idealistic) dengan alam dan kodratnya, seblaiknya alam dan kodrat itu sama diri dengan yang Mahakuasa. Buat sebentar saya mohonkan kepada tuan, buat sebentar saya minta tuan mendengarkan akibat yang mengenai pengakuan, andaian yang diatas ini. kalau ktia andaikan Yang Mahakuasa itu ialah Atman dan Kodratnya, maka pertama sekali sungugh banyak paham lama tentang Alam dan Kodratnya, yang tiada cocok lagi dengan pengetahuan zaman sekarang tentang Alam dan Kodratnya itu. Paham Lama itu mesti kita buangkan dari otak yang dewasa dalam masyarakat kita dan tak boleh dimasukkan lagi kedalam otak muda lemah, pemuda dan pemudi kita, didikan masyarakat mesti berdasarkan yang nyata, yang pasti, yang cocok dengan ilmu dan peralaman. Cuma dengan jalan itu kita bisa mendapat kemajuan jasmani dan rohani dalam semua lapangan. Betul pula semua kemajuan jasmani dan rohani dalam semua lapangan itu mestinya yang cocok dengan pengetahuan yang pasti tentang Alam dan Kodratnya.
Bukanlah sekali-kali dimaksudkan bahwa kita mesti menista dan merendahkan pemikir ahli filsafat, yang sudah memberi jawaln dan petunjuk kepada masyarakat berabad-abad lamanya sampai kita menaiki tingkat masyarakat yang sekarang. Sebaliknya kita mesti teruskan memuji jasa mereka dengan sepatutnya, seperti pujian yang dikirimkan pada arwah nenek moyang kita yang berjasa besar.
Semua kekurangan mereka yang kita saktikan sekarnag bukanlah disebabkan kekurangan kejujuran dan kecapakan, melainkan kekurangan perkakas dan jasa berpikir, kekurangan sejarah, yang juga berarti kekuasaan.
Bukanlah pula dimaksudkan bahwa kita sekarang mesti mencuci maki dan menghinakan pemimpin rohani masyarakat kita yang sekarang dengan tiada memandang bulu dan warna. Ktia mesti akui penuh, bahwa masih banyak tiada semuanya diantara pemimipn rohani masyarakat kita zaman sekarnag, yang walaupun banyak mengandung pengetahuan yang tiada lagi cocok dengan zaman, mereka berhati jujur, tulus, dan ikhlas, beriman, beribadat dan mengajarkan kepercayaan nya itu dengan sungguh dan lurus hati. Sekali-kali mereka ini tiada pantas menerima penghinaan atau upatan usaha dan jasa mereka selama ini mesti diakui penuh.
Tempat mereka pada masyarakat dan kebudayaan baru mesti ditentukan kembli, tetapi sudah tentu mereka mesti menyesuaikan diri dengan masyarakat baru itu. Seperti sebaliknya pula masyarakat baru itupun mesti menyesuaikan diri pada mereka yang berjasa pada masyarakat yang lama itu.
Kalau kita kini mengakui, bahwa yang Maha Kuasa itu sama diri dengan Alam Kodratnya, maka ktia mesti pula akui bahwa jiwa itu, bukanlah sesuatu yang terpisah, tunggal, sendriinya sesuatu anugerah yangditerima oleh manusia saja; akhirnya sesuatu anugerah yang bulat sempurna melainkan kita mesti mengakuui: jiwa itu ialah berpadu dengan Alam dan Kodratnya; jiwa itu ialah terbawa oleh sarinya Alam dan Kodratnya; akhirnya jiwa manusia itu ialah hasil kemajuan Alam dan Kodratnya. Alam dan Kodrat yang berkemajuan. Malah paham kita manusia tentang jiwa itu takluk pula pada undang evolusi (kemajuan).
Kalau begitu, bersama dengan berhentinya jasmani kita bergerak, bernafas, mencernakan, menyelenggarakan darah dengan jantung, mengotak dsb ........ dengan begitu berhentilah pula kita berjiwa, bernyawa, yakni berpikir, merasa dan berkehendak.
Bukannya dimaksudkan jasmani yakni darah daging, tulang-belulang kita, sama sekali musnah, hilang lenyap. Tak ada benda yang hilang lenyap di alam ini. Benda yang disangka hilang itu Cuma bertukar bentuk. Tak sedikitpun, tak seatompun jasmani kita hilang dialam ini. dalam kuburan, tanah jasmnai tuan dan badan saya, jasmani raja atau rakyat, kapitalis atau proletar, alim atau bangsat, bertukar bentuk menjadi air, tanah, logam dan garam. Tetapi air, garam dan tanah logma itu tak akan tetap tinggal disana. Air tadi akan menguap keudara, naik disiisap tumbuhan atau bercampur dengan air lain mengalir ke sungai atau perigi tuan. Garam dan tanah logam (minerals) tadi akan diisap pohon dan bunga atau bercampur dengan air yang mengalir ke sungai, kelaut atau keperigi tuan. Boleh jadi sekali airnya jasmaninya si Alim atau bangsat sudah dalam cangkir atau kendi tuan atau sudah sama sekali lebur dalam darah dan daging tuan sendiri. dengan begitu maka darah daging si alim atau bangsat tadi sudah berleburan jwia pula dengan tuan. Kalau tidak dengan langsung air jasmani si alim atau bangsat tadi masuk kedalam perigi atau cangkir tuan, tentu dengan memutar, bagian jasmaninya sampai juga pada tuan.
Daging dan tulang sumsumnya, alim atau bangsat, budiman atau bajingan itu, membentuk zat yang dibutuhkan betul oleh tumbuhan. Barangkali jeruk atau air kelapa yang tuan idamkan dari semenjak matahari turun tadi, yang tuan bermula makan dan minum pembuka puasa tuan, banyak mengandung zat aslinya si budiman atau bajingan tadi.
Tuan najiskan, tuan haramkan babi atau anjing! Bisakah tuan jamin tak ada zat aslinya babi itu masuk ke dalam jasmani atau rohani tuan. Siapa tahu, sayur yang tuan makan itu langsung atau memutar sudah berpadu dengan zat asli dan kodratnya si babi atau anjing itu.
Atau lembu, atau kambing yang tuan anggap halal itu sudah berpadu dengan zat aslinya si babai atau anjing dengan perantaraan daun rumput yang dimakannya sehari-hari, udara yang dinafaskan atau air yang diminumnya.
Pasti tuan tak bisa tahu bahwa tikar sembayang tuan itu boleh jadi sekali tak lain melainkan penjelmaan zat aslinya si bangsat atau babi, malah surat suci tuan sendiri tak bsia menghindarkan diri dari kenajisan karena kertas dan tintanya berasal dialam raya juga. Kemahakah tuan mau cari yang suci bersih? Adakah yang suci bersih dalam Alam Raya yang bergerak berpadu berpisah bercampur dengan tak putus-putusnya itu? Bisakah satu mahcluk hidup dengan yang suci itu?
Sekuntum bunga yang cantik sekali berurat pada benda yang manusia anggap paling kotor. Benda yang paling harum itu hanya satu bentukan saja dari benda yang paling busuk. Yang mulya hanya satu bentukan dari yang hina, yang halal dari yang haram. Harus mulia dan halal itu mendapat arti begitu, kalau dipandang dari satu penjuru. Begitu juga busuk, hina dan haram mendapat arti begitu, kalau dipandang dari penjuru lain, manusia mengambil penjuru memandang itu ialah dari penjuru kemanusiaan.
Alam Raya sendirinya tiada mempunyai penjuru kemanusiaan itu, dalam gerakan Alam Raya yang dialakukan dalam tempo dan pada tempat dalam keadaan yang berseluk-beluk; pada sangkutan yang bertentangan hina itu bisa mulia busuk bisa harum, suci itu bisa najis, adil itu bisa zalim, Cuma manusia dari satu penjuru pada satu tempo dan satu kelas bisa menciptakan yang indah sendirinya yang mulia semata-mata dan adil sendirinya. Demikianlah juga jiwa manusia itu Cuma salah satu dari bentuk kodrat yang terambil dalamgerakannya cita-cita masa itu. Riwayat gerakan itu pada bumi kita sudah sampai ketingkat dimana mansuia dan jiwa yang penting buat manusia bisa ada. Kelak ada temponyabumi kita membatalkan adanya manusia dan jiwanya itu. Tetapi pembatalan itu bukanlah diadakan oleh zat atau kodrat yang diluar alam serta kodratnya itu.
Pembatalan itu Cuma akibat dari gerakan dan undang gerakan alam itu sendiri, tetapi seandainya manusia punah dari bumi kita ini, yang karena sesudah jutaan tahun iklim disini memustahilkan hidupnya manusia, maka boeh jadi sekali banyak bumi lain yang kelak akan sampai ketingkat sejarah bumi kita. Dengan begitu akan berlaku pula hukum kemajuan yang sudah berlaku pada bumi kita ini, zat asli berbentukkan tumbuhan, tumbuhan berbentukkan hewan, dan akhinrya hewan berbentukkan manusia. Manusia dan jwia itu jumpa hasil dari kemajuan alam, tetapi betul pula kemajuan bahwa alam itu pada satu tingkat bisa juga dibentuk oleh manusia dengan jiwanya.
Perkara 3. PENGERTIAN BURUK-BAIK DAN IMAN (MORAL AND FAITH).
Kalau diikhtisarkan tulisan yang paling belakang ini, maka saya peroleh bahwa manusia itu termauk ke-Alam Raya dan sebagian dari Alam Raya itu ialah manusia, jiwa manusia ialah hasil kemajuan kodrat alam. Dipandang dari penjuru kemanusiaan sebagain kecil dari kodrat Alam itu, ialah jiwa manusia. Jasmani itu termasuk kezatnya Alam Raya. Sebagian kecil dari zatnya Alam Raya itu ialah jasmani, jasmani dan jiwa itu termasuk kedalam zat dan kodratnya Alam Raya.
Sebagian kecil, dari zatnya dan kodratnya Alam Raya itu ialah jasmani dan jiwa.
Pada tingkat pertama sekali Zat dan Kodratnya Alam Raya membentuk jasmani dan rohani (Jiwanya manusia). Tetapi pada tingkat masyarakat yang berkebudayaan tinggi manusia dan jiwanya itu melantun membentuk Zat dan Kodrat Alam.
Pada Zatnya Jasmani memperhentikan peranggotaannya. Jasmani berhenti menjadi jasmani (manusia), pada saat itu juga jiwa berhenti menjadi jiwa. Didalam tanah badan kita luntur hancur, rusak binasa sebagai badan, menurut hukumnya Kimia dan kodrat Alam. Zat badan kita kembali ke Alam Raya, udara, air, tanah, tumbuhan, hewan dan manusia. Persamaan dengan itu Jiwa dahulunya itu kembali kebentuk kdorat Alam, kodrat hidup dan jiwa.
Pada tingkat pertama sekali Alam Raya membentuk jiwa manusia dan jiwanya. Pada tingkat alam yang ber-manusia, perhentian Jiwa seseorang itu berarti permulaan kodrat, hidup, dan jiwa baru: Benda, Tumbuhan, Hewan dan Manusia.
Perhentian kodratnya benda, perhentian hidupnya tumbuhan dan hewan itu, semuanya boleh memperkukuh atau meneruskan jiwanya manusia (makanan manusia).
Pada tingkat pertama sekali pada satu bumi, bisa ditentukan awalannya Jiwa, yakni pada saat Alam Raya membentuk manusia. Pada masa bumi sudah mengandung manusia ini, maka awalnya Jiwa berarti benda-mati (dalam jasmani ibu) dari akhir-nya Jiwa berarti awal-nya benda, yang mati dan yang hidup dalam Alam Raya. Pada tingkat ini sudah tak ada awal dan tak ada akhir lagi, diantara Jiwa dan Benda.
Pada tingkat yang hidup itu yakni manusia, hwan dan tumbuhan itu, musnah dari bumi kita, maka akhirannya Jiwa berarti awalnya Benda. Tetapi akhirnya Benda tiada lagi berarti awalnya Yang Hidup. Boleh jadi sekali, kisahnya Yang Hidup itu akan dimulai lagi, kalau sekrang belum lagi dimulai, tentulah disalah satu dari puluhan ribuan bumi di Alam Raya ini.
Hampir tidak berani saya meneruskan ikhtisar diatas ini. Dikiri kanan dimuka dan dibelakang, diantara yang hidup dan yang mati saya melihat sikap mereka yang kehilangan kesabaran, mengancam atau memprotes terhadap tulisan saya yang senonoh ini. Riuh rendah saya dengarkan teriak yang boleh dibulatkan dengan: kalau begitu akhirnya (jiwa) manusia, apa gunaya pengeritan dan buruk-baik dan pekerjaan yang baik? Kalau orang tiada lagi berpengharapan, mendapat upah, selambat-lambatnya di Akhirat, dimanakah lagi tempat bersandarnya iman dan kukuh kuat? Kalau orang tiada lagi takut pada hukuman selambat-lambatnya diakhirat, pada siapakah orang akan takut berbuat jahat?
“Pengertian buruk-baik tak akan berguna! Iman untuk berbuat baik dan kehilangan sendi”, beginilah sari bertimbun-timbun keberatan yang dimajukan oleh para pemikri ahli filsafat, pemimpin, alim ulama, yang betul-betul jujur dan sungguh terhadap keyakinan dan pekerjaan, serta terhadap diri dan masyarakatnya. Diantara mereka ada yan gsudah berjanggut ptuih panjang dan bertahun-tahun menjalankan keyakinannya. Bahkan tentang tentang buruk-baik itu dengan iman sekeras baja tiada semuanya pula menajalankan keyakinannya. Semata-mata karena takut akan hukuman mereka atau mengharapkan upah disurga. Bahkan ada pula diantara mereka yang dalam batinnya mengakui kebenaran S c i e n c e, dan menganggap hukuman Neraka dan Upah Surga itu, Cuma sebagai momok dan gula-gula semata-mata. Mereka menganggap pengetahuan tentang buruk-baik itu saja tak cukup kuat buat melarang berbuat yang baik dan menarik kejurusan berbuat baik. Hukumpun saja mereka anggap tidak memadai. Mereka bertanya: Akan cukup kuatkah iman seorang pemimpin dalam satu masyarakat terhadap dasar yang mulia dan pekerjaannya serta terhadap dirinya sendiri dan mereka dibawah pimpinannya.
Akan cukup kuatkah iman seorang Scientist, memakai pengetahuannya Cuma semata-mata buat kebaikan masyarakat? Bukan buat menguntungkan dirinya sendiri, ya, malah sebaliknya kalau perlu baut meruguikan atau mengurbankan dirinya sendiri?
Akan cukup kuatkah iman seorang insinyur, memakai pengetahuan yang paling baik dan alat yang paling kuat kokoh? Tiadakah dia akan berlaku sebaliknya, kalau hal ini perlu buar dirinya sendiri, mencelakakan atau merugikan masyarakat?
Akan cukup kuatkan iman seorang dokter, terhadap perempuan muda remaja cantik molek? Tiadakah dia akan lantingkan sumpahnya, karena sumpah itu omong kosong belaka, karena buat dia Tuhan dan Akhirat itu berarti seperti si Pengupah dan Penghuum lagi?
Akan cukup kuatkah iman seorang hakim, tehradpa undang yang mesti dia terjemahkan dan jalankan dengan jujur buat keperluan masyarakat?
Dalam umumnya akan cukup kuatkah iman seorang menantang kesusahan, kesakitan, ya, kematian ......... dan terus pula menjalankan kewajibannya?
Tiap-tiap orang yang sedikit berpengalaman dalam masyarakat bisa meluaskan pertanyaan semacam ini kelapangan ekonomi, dagang, didikan, olah raga, rumah tangga dsb, kearah perhubungan majikan dan buruh, penjual dan pembeli, sahabat dan sahabat, malah kawan dan lawan, ibu-bapak dan anaknya, laki dan isteri ..................... dll.
Bertimbun-timbun pertanyaan yang timbul yang berhubungan dengan kelilingan zaman dan pengertian buruk-baik itu, karena hilangnya Tuhan dan neraka serta surga taida bisa diselesaikan, dengan kemahiran kata saja, apalagi dengan tolakan tangan beserta lima jarinya. Persoalan semacam itu mesti dikaji dalam-dalam, terutama dengan memperhatikan suasan tempat timbulnya.
Malangnya kita dengan agama baikpun dalam arti luas ataupun menurut ahli mendalam, kita tidak bisa memperoleh jawab yang memuaskan sama sekali.
Dalam arti luas, menurut azas segala agama yang besar didunia, pengikutnya mesti berbuat baik dan menjauhi yang buruk. Dalam garis besarnya pengertian buruk-baik itu sudah terikat oleh 10 perintah Nabi Musa (ten commondments). 10 Perintah itu tidak saja dijunjung tinggi oleh agama Yahudi, Nasrani dan Islam, tetapi dalam pokok artinya juga oleh agama Hindu, Buddha atau Concentrisme dan filsafatnya Kongcu. Tak ada diantaranya yang menyuruh pengikutnya menyanggah atau mempermainkan menyuruh mencuri atau membunuh anggota masyarakatnya sendiri atau menyuruh berzina dan pekerjaan lain yang merusakkan kesehatan, kesetiaan, laki-bini atau ketentraman umum. Malah diantara kepercayaan yang dinamai tahyul pun banyak didapati pengertian buruk-baik yang mulya sekali. jadi tiadalah satu diantara beberapa agama besar itu yang berhak mengatakan, bahwa agama B tiada bisa menanam iman yang teguh, atau sebaliknya. Semua agama memerintahkan berbuat baik, dan menjauhi yang buruk. Walaupun begitu, dalam smeua gaama kita dapati pemimpin yang menjerumuskan, dokter yang menyakitkan, insinyur yang merubuhkan, scientist yang menggelapkan .......................... dan alim ulama yang bisa memasukkan diri dan pengikutnya kedalam neraka.
Tak ada agama besar yang luput dari perbuatan yang ia sendiri kutuki. Yang tiap orang yang agak kritis, mata terbuka dan berpengalaman bisa memberi contoh bertimbun-timbun.
Dalam arti mendalam, arti terkhsus yakni arti yang diutamakan oleh salah satu agama Nasrani umpamanya, oleh c i n t a pada sesama manusia. Tetapi c i n t a apakah yang kita jumpai baik diantara Negara Serani Barat dan jajahan Timurnya. Diantara kapitalis dan proletar, kita peroleh yang sebaliknya dari yang dialamkan oleh agamanya, ialah agama Buddha yang menghususkan organisasinya pendeta yang tiada boleh kawin itu mempunyai sejarah yang bertentangan dengan yang diutamakan itu pula. Di sinipun iman itu pecah, ditempat yang tak boleh pecah yang sengaja dilarang buat dipecah, ditampat yang diandaikan kukuh. Contoh tak perlu dimajukan, tak perlu pergi ke Korea, Negara Buddha yang paling jauh dari kita itu, dimana kesucian perempuan itu tinggi sekali. Pergilah tuan ke Singapura saja, tanyakanlah pada Tionghoa peranakan sejarahnya beberapa rumah berhala disana. Yang dimaksudkan ialah sejarah pendeta Buddhis, yang dilarang kawin itu, terhadap perempuan.
Iman itu pecah pada tempat dia tak boleh pecah. Yang memecah iman itu ialah mereka yang dianggap tak akan memecahnya. P a g a r y a n g m e m a k a n t a n a m a n, kata pepatah kita. Kalau insinyur itu tak menjalankan suruhan Agama dan Kitabnya, tiadalah berapa mengherankan, karena lebih lekas seseorang bisa percaya, yang seekor kodok bisa tertawa, dari seorang insinyur zaman sekarang bisa percaya pada b i k i n a n A l a m, dalam 6 hari menurut Kitab Injil itu. Menurut Logika kalau satu saja diantara beberapa perkara yang dianggap benar, dibelakangnya kelihatan salah, maka semuanya perkara itu boleh jadi salah, tiada benar. Kalau satu saja diantara beberapa perkara yang selamanya dianggap benar, Firmannya Tuhan, dibelakangnya nyata bertingkah dengan Ilmu Bukti tak benar. Tidaklah pula mengherankan, kalau seorang dokter yang mestinya paham akan teori evolusinya Darwin, pecah imannya, kalau iman itu berdsarkan d o n g e n g Adam dan Siti Hawa dalam Kitab Injil. Tak mengherankan kalau seorang pendeta Katholik pecah imannya, kalau Nabi Daud sendiripun bisa pecah imannya terhadap si cantik molek walaupun ketika itu Nabi Daud sudah cukup tua berbini dan beranak. Apalagi kalau iman yang pecah itu boleh dibulatkan kembali, dosa itu bisa ditebus dengan mengeluarkan kemenyesalan dan tobat.
Jadi perkara pengertian buruk-baik dan pecah iman, yang menjadi keberatan buat mereka yang jujur, berpengalaman itu, terdapatnya sampai sekarang ini pada golongan yang memajukan keberatan itu sendiri; pada golongan yang beragama sendiri; pada yang percaya akan gunanya Tuhan sebagai Penghukum dan Pengupah. Walaupun mereka tahu akan buruk-baiknya sesuatu pekerjaan, hukuman upahnya sesuatu pekerjaan kelak di Akhirat, walau mereka sendiripun sadar akan kewajibannya sebagai pemimpin, golongan mereka sendiri tak bisa memegang imannya. Dengan begitu sebetulnya pokok ini, walaupun beberapa diantaranya yang berlaku jujur tak berhak lagi memajukan perkara teguh atua lemahnya iman itu.
Semenjak Revolusi Komunis 1917 di Russia, pengertian buruk-baiknya dan iman itu oleh partai yang memimpin Rakyat di sana, tiada lagi didasarkan pada Hukuman dan Upahnya Tuhan di Akhirat. Seperti dunia mengetahui Rusia yang diangkat oleh Partai Komunis dari kerubuhannya dibawah Pemerintah Tsar, yang masih menderita bermacam-macam kelemahan, dalam hal teknik, ekonomi dan sosial pada permulanannya bisa menggagalkan serangan beberapa Negara. Iman yang keras itu tiada terdapat pada 140 juta orang Russia, tetapi Cuma pada lk 6000 orang Komunis, ya, barangkali kurang dari itu. Inisyur, dokter, direktur yang dipekerjakan pada permulaan Komunis memerintah itu 89 % bukanlah Komunis, melainkan yang bersimpati sama Komunis. Pada tahun 1922 – 1923 ketika Rusia saya kunjungi tak ada saya melihat pengertian buruk-baik, yang tiada bisa diperbaiki, diperkokoh. Sesudah perpecahan Stalin-Trotzky (1926-1927) dan kemudian, saya tak lagi mengetahui keadaan Soviet Russia yang sebenarnya. Tetapi bagaimanapun juga boleh jadi sekali Partai Komunis yang memimpin Soviet Russia sekarang, masih tidak berdasarkan, takut pada hukum Neraka dan mengharapkan Surga di Akhirat itu. Lagi pula bisa dipercaya kebanyakan insinyur, dokter, direktur perusahaan dan profesor seksrang tidak berdasarkan semacam itu pula. Dengan iman yang tiada lagi berdasarkan takut di api Neraka dan harapan akan Surga itu, Soviet Russia sampai sekarang (21 Maret 1943) sudah hampir dua tahun menahan serangan Nazi Jerman, Negara yang terkuat di dunia sekarang. Sedangkan Perancis yang dianggap sebelum perang besar kedua ini, Negara yang terkuat didunia, dengan Garis Maginot dan bantuan Inggrisnya, sebelumnya dirubuhkan oleh Jerman dalam 14 hari saja. Pun Nazisesme tidak lagi berdasarkan takut pada Neraka dan harapan Surga itu.
Jadi teranglah sudah, bahwa lemah teguhnya iman itu tiadalah semata-mata bergantung kepada ketakutan dan pengharapan sesudah hari kiamat itu. Jangan dilupakan, bahwa perkara yang penting pula dalam menentukan teguh atau lemahnya iman itu ialah masyarakat kita sendiri. A r t i dan G u n a n y a masyarakat, terselip dalam hati seseorang anggotanya, puji dan upatnya sesuatu masyarakat terhadap anggota atau pemimpinnya, sejarah yang melanjutkan perbuatan keji dan mulya seseorang anggota, sangat mempengaruhi paham perasaan dan perangai seseorang.
Sedangkan pergaulan hewan saja bertimbun-timbun memberi contoh kepada yang mengerti dan bijaksana dan sudi menerima kiasan.
Semut yang kecil itu sudah kita ketahui kesetiaan dan ketaatan masing-masing terhadap kawannya. Semacam semut itu pula di Afrika, berlaku seperti laskar yang paling kukuh, bermuslihat tinggi serta beropsir, bersedadu yang masing-masing siap menjalankan kewajibannya, sampai nafas terakhir. Dengan begitu mereka bisa menewaskan hewan yang paling gagahpun, bahkan raja binatangpun.
Buat keselamatan masyarakatnya, Raja Beruk dewi-rimba, Panti yang masyhur di Minangkabau itu, berdiri dimuka, menantang tembak atau senapan, buat keselamatan anak, bini dan temannya.
Ibu ayam hitam saya, berhari-hari pulang dengan perut kempis. Semua makanan pulang kelembuai anaknya yang penuh sesak, meskipun anaknya kekenyangan dan perutnya sendiri kosong, makanan yang saya berikan padanya itu masih diberikannya kepada anak-anaknya. Penyakit kenyang akhirnya menimpa dirinya, sampai kepalanya tak bisa diangkatnya lagi dan kakinya tak berdaya menyokong badannya, walaupun nafasnya sudah berkurang-kurang, dengan suara sayup semakin sayup dia terus jawab suara anaknya yang memanggil. Sampai nafas terakhirnya. Hidupnya seolah-olah Cuma buat anaknya saja. ....................
Tambahlah sendiri, oleh tuan contoh ini dengan kejadian dikeliling tuan. Hewan cukup memperlihatkan iman buat menjalankan kewajiban kesetiaan pada masyarakat umumnya. Dan kecintaan kepada anak terkhususnya. Sejarah kita manusia berasal pada sejarah Hewan itu, tentulah pula membawakan sifat yang mulya buat mempertahankan dan memajukan masyarakat.
Kalau didikan sekolah disandarkan dengan langsung pada masyarakat dan Alam Raya, maka pengetahuan yang perlu bagi pemuda dan pemudi kita, pengetahuan yang berdasarkan nyata sah dan mulia, bisa tertanam dengan kukuh. Kalau pengetahuan itu dikeraskan pula oleh kemegahan bahasa dan kesusasteraan, oleh kesenian dalam arti sehatnya; oleh olah raga yang berdasarkan ilmu kemauan dan menimbulkan iman yang tebal tabah. Kalau masyarakat kita tiada lagi berdasarkan isapan dan tindasan, memberi kesempatan pada sembarang orang yang cakap, maka didikan tadi akan mendapat lantai masyarakat yang subur dan kukuh. Yang terakhir tapi terkhusus artinya kalau sejarah kita dijadikan dasar masyarakat serta sebaliknya masyarakat kita didasarkan pada sejarah, pada pujian dan pujian bagi yang berbuat baik sreta upatan dan kutukan pada yang berbuat busuk, maka sejarah akan menjadi dimensi yang terpenting dalam kehidupan kita, dan sebaliknya kehidupan kita akan menjadi salah satu dari dimensi yang terpenting dalam sejarah manusia, malah sejara alampun.
Walaupun jawab saya sudah begitu panjang, saya yakin, masih banyak diantara tuan yang mengeleng-gelengkan kepala, sebab tiada lain melainkan karena tuan tiada cukup beriman menantang musuh atau malaikat maut dan sungguh percaya dan takut kejut pada Neraka itu, pada Azabnya Tuhan.
Sekali lagi tetapi buat terakhir!
Kalau tuan yang menantang musuh atau malaikat maut itu seorang Kristen, tiadalah cukup semangat yang tuan bisa peroleh dari peringatan pada sikap Nabi Isa diatas palang gantungan? Saya maksud ialahsikap tahan – jujur?
Kalau tuan yang menantang musuh dan malaikat maut itu seorang Islam sejati, tiadakah akan cukup kuat tuan peringatkan pada sikap Muhammad SAW dalam bermacam-macam bahaya. Yang saya maksud juga sikap tahan jujur sebagai sikap Nabi Isa.
Kalau tuan seorang yang jantan, belumkah cukup tuan bangunkan segala kodrat yang ada dalam badan sedniri dengan perkataan yang jitu dan pemusatan pikiran yang kental kokoh?
Tuan ingatlah jago yang sudah berlumur darah itu, yang tak berdaya berdiri lagi itu, kalau dihadapan kembali pada musuhnya terus menantang.
Azab api Neraka?
“Dimanakah tempatnya Neraka itu?”, tanya saya.
“Itu Kekuasaan Tuhan”, jawab tuan.
“Apa bahannya api Neraka yang menyala terus-menerus itu?”, tanya saya pula.
“Itu kekuasaan Tuhan!”, jawab tuan.
“Bagaimana bisa, mayat juta-jutaan kafir dan Islam yang sudah puluh ribuan tahun hancur luluh dan lebur dalam tanah udara, air, tumbuhan, hewan dan manusia (Islam dan kafir), bangsat itu bisa digenap bulatkan kembali”, tanya saya.
“Itu kekuasaan Tuhan”, jawab tuan pula.
Banyak lagi pertanyaan yang saya mau dan bisa majukan, tetapi saya sudah tahu jawaban tuan.
Semua jawab tuan itu berada di luar Madilog. Tetapi semuanya jawab itu saya akui buat meneruskan pembicaraan kita.
Sekarang saya peringatkan pada tuan satu hal yang terpenting, yang tuan sendiri juga ketahui dan muliakan, junjung tinggi setinggi langit. Hal ini ialah sifatnya Tuhan, sebagai Pengasih-Penyayang yang tiada ada taranya di Alam Raya dan tiada batasnya. Jadi kalau tuan andaikan kasihnya Tuhan itu 13 kali sekasihnya Nabi Isa, maka angka 13 itu saya perbanyakkan saja dengan 13 buat Tuhan. Kalau hasil perhitungan itu tuan perbanyak pula dengan 13, maka hasil perbanyakan tuan itu akan saya lipatkan 13 kali pula. Demikianlah seterusnya, sampai tiap-tiap orang yakin apa artinya Maha Kasih tiada berbatas itu.
Sesudah tuan yakin akan arti Maha-Kasih itu, maka saya minta permisi sebentar buat menyimpang. Tetapi sungguhpun menyimpang, baliknya kesana juga. Dua tiga bulan lamanya sesudah bangsa Belanda Jatuh kekuasaan dan derajatnya di Indonesia, saya tamasya di Indonesia melalui beberapa tempat. Dengan bermacam-macam golongan Indonesia, saya bercakap-cakap. Umumnya mereka suka melihat runtuhnya imperialis Belanda, tetapi tak sedikit yang kasih melihat nasib dirinya Belanda. Saya catat saja perkataan saudara kecil di Sarulangan pernah memasuki satu perkumpulan kebangsan, yang tidak jinak. Setelah dia menurut ceritanya melihat pertama kali satu gerobak penuh, sesak dengan Belanda tawanan yang berpakaian ceelana pendek saja, dengan suara rendah dan kepala menekur, mata melayang ................ “Hina hatinya”, saudagar kecil dari Sarulangun yang pernah jadi anggota perkumpulan kebangsan tadi. Kalau beberapa bulan saja lebih dahulu seseorang mengeluarkan perkataan simpati pada Belanda, tentu s a u d a g a k e c i l ini akan menganggap orang itu berdiri dibarisan lawannya: seorang yang tiada akan dibawanya sehilir-semudik.
Kembali kepada Tuhan terhadap mahluknya!
Bisakah tuan percaya, yang Maha Kasih itu akan ketinggalan oleh saudagar kecil dari Sarulangun itu?
Percayakah tuan, bahwa Yang Maha Kasih itu, sampai hati melihat mahlukNya yang dijadikan sebesar gunung itu berteriak menjerit-jerit dimakan api neraka, yang maha panas itu pula bertahun-tahun, berabad-abad dan berjuta-juta tahun?.................... Baka? ....................?
Saya percaya, saudagar kecil dari Sarulangun tadi jangankan lagi 1 menit, 1 detikpun tak akan sampai hati melihatkan sesamanya manusia dibakar! Melihat muka pucat takut dashyat saja, pasti akan berlipat-ganda, tak berbatas pengasihnya Yang Maha Kasih kepada Makhluknya sendiri.
Sadarkah tuan akan pertentangan Logika, yang selalu terpendam dalam kepala tuan terhadap yang tuan anggap adalah beberapa sifatna Tuhan? Karena kekurangan kecerdasan berpikir atau keduanya, maka Yang Maha Pengasih itu tuan turunkan menjadi Maha Kejam! Dan Yang Maha Kejamlah yang mengasihi tuan!
Perkara 4. SENI – SESAT
Seni-sesat! Bukan kesesatan Seni!
Sudah sampai saya kebagian terkahir. Sungguh lama sudah saya memaksakan pemusatan pikiran pembaca. Sebab itu tiadalah salahnya kalau sekarang saya sajikan makanan otak yang enteng, sebagai iseng-iseng. Sesudah kerja keras kita perlu melancong makan angin. Sesudah berbicara kita perlu berkecikak, berfoya-foya. Sesudah bermenung, berpikir putar-balik, perlu tertawa, buat melepaskan yang selamnnya ini terkandung! Tetapi iseng-isengpun, melancong atau tertawapun, ada mengandung beberapa arti yang buruk, yang baik dan diataranya yang buruk dan baik itu. Yang kita cari tentulah yang baik. Sesduah makan daging kita makan buah, buat pembantu perut yang sedang kerja keras. Sesudah memikirkan atua membicarakan perkara yang berat-berat, maka kita pergi melihat Charlie Chaplin. Sesudah kerja keras, kita makan angin, buat menguatkan urat yang kendor dan mengendorkan yang tegang.
Senipun dalam arti luasnya seharusnya buat memperkuat jasmani, pikiran, perasaan dan iman. Kemauan kita. Bukan sebaliknya seperti candu merusak dada, pelesir jauh malam merusak kesehatan, obrolan tak karuan merusak persaan dan kehormatan. Dengan begitu tiadalah Seni bisa dipisahkan dari Hidup. Seni mesti berdasar atas Hidup! Sebaliknya Hidup Manusia harus pula berdasarkan Seni.
Semua cabang penghidupan serta semua cabang pengetahuan dan idaman masyarakat itu mesti diketahui, sebelumnya seni dalam arti sempurnanya bisa diuraikan. Pekerjaan itu diluar maksud buku ini. sebab itu saya bilang seni sesat artinya boleh jadi sesat, karena kekurangan pemeriksaan dasarnya, yang dalam dan luas itu. Tapi sudah tentu seni itu sendirinya, bukan barang yang sesat tiada berguna, malah sebaliknya.
KEPUNCAK GUNUNG SEMERU!
Kalau kemakmuran dan kecerdasan Indonesia kelak sudah membenarkan juga kepuncak gunung Kerinci, kepuncak gunung Kinibalu!
Disana Teropong Raya menanti kita! Tuan layangkanlah pemandangan tuan ke Alam Raya!
Lihatlah bulan itu, panakawannya bumi kita! Dulu boleh jadi bermanusia dan berhewan seperti bumi kita sekarang! kini hanya mempunyai tumbuhan. Lihatlah lain kali kemari beramai-ramai. Teroponglah sekali lagi, perhatikanlah nanti perubahan warna! Adakah manusia disana.
Itu Venus! Adakah manusia disana. Kalau belum, sudah adakah hewan?
Kalau belum pula, sudah adakah tumbuhan?
Tumbuhan, hewan dan manusiakah yang tuan cari? Banyak lagi bintang, banyak lagi matahari! Malah banyak lagi bumi di Alam ini. Nah, itu Universe Alam Bintang kita! bisakah tuan menghitung bintangnya? Bisakah tuan menghitung Alam Bintang kita? Ajaib! Ajaib!
Ajaib! Apakah yang dibalik semua Alam Bintang itu? Ruang? Alangkah besarnya ruang! Adanya ujung adakah pangkalnya? Memang pikiran manusia itu selalu menentukan dan mencari ujung pangkal. Buat Alam Raya sendiri ujung itu bisa menjadi pangkal dan pangkal itu bisa menjadi ujung!
Sadarkah tuan, bahw atuan bergerak beredar mengelilingi matahari itu sambil bergerak mengelilingi sumbu bumi kita? Alangkah teraturnya peredaran beberapa bumi mengelilingi matahari itu? Lebih menakjubkan pula peredaran Alam Matahari kita mengelilingi Alam Bintang kita. Semuanya bergerak tak ada yang tetap berhenti.
Taka da kecelakaan, akrena tak ada pertempuran bintang dan bintang. Siapakah mansinisnya, yang menyelenggarakan peredaran itu? Siapakah insinyurnya, yang menciptkan sekalian bintang, juta-jutaan bintang, yang silang siur beredar diruang Alam dengan tak berhentinya itu?
Benda dan Kodratnya! Kodrat dan Bendanya! Keduanya tak bisa dipisahkan, diceraikan. Benda kodratnya itu, benda dan gerakannya itu berlaku menurut undang yang tetap. Tetap buat semua tempat dan tempo dan tak pernah mungkir Benda dan Kodratnya serta undangnya itu bisa diketahui, diuji, dilaksanakan, dan dipakai oleh manusia buat kehidupannya, kekuasaan dan keulungannya ............
Hei cucuku! Maukah engkau terbang ke bulan? ke-Mars? ke-Venus?
Kuat sehatkanlah badanmu! Pelajarilah semua ilmu yang nyata! Kuatkanlah dan berkurbanlah buat masyarakatmu, masyarakat semua manusia! Teguhkanlah imanmu! Kendalilah lebih dahulu kodrat didalam dirimu! Tentu kelak engkau sanggup mengendali kodrat diluar dirimu itu. Barulah engkau sampai pada kesopanan yang sebetulnya, yang sempurna yakni pengendalian kodrat didalam dan diluar diri buat masyarakat.
Kalau engkau belum bisa menyampaikan idamanmu jangan lupa menyampaikan idaman itu pada anak cucumu, pada saat engkau akan kembali kedunia, yang bukan fana atau baka, melainkan fana-baka, senantiasa berubah-bergerak!
KETAMAN RAYA!
Ke-Alam Kecil kita! Disini sungatu atau danau bersambung dengan bukit, lembah, hutan rimba dan gunung. Semuanya menggambarkan kepermaian Indonesia, khatulistiwa! Tak ada duduk, air, diseluruh dunia yang ketinggalan. Semua jenis yang hidup dilaut, hawa yang panas, sedang ataupun sejuk. Bermacam-macam bentuk, warna, tabiat dan kasiatnya buat manusia.
Lihatlah ikan yang hidup berserikat itu! Berduyun-duyun mereka pulang-pergi, mencari makanan atau menghindarkan musuh. Adakah pemimpinnya yang senantiasa siap buat memberi tanda bahaya atau alamat adanya rezeki? Pelajaran yang pasti dan dalam buat kita manusia, lebih-lebih buat yang muda.
Perhatikanlah pula ikan buas itu! Alangkah tangkas badannya. Kuncung lancip, badan itu seolah-olah segenap waktu siap buat dilayangkan dengan tangkas cepat mengejar mangsanya. Itu ahli auto-mobil, tersenyum melihat ikan buas tadi melayangkan badannya, abrangkali dia mendapat ilham, untuk membikin auto yang lebih lucung, lancip, streamlined, tangkas cepat menyelam udara yang menghambat larinya itu. Ahli kapal terbang tafakur. Barangkali model kapal terbangnya yang akan keluar akan sebentuk dengan ikan buas yang baru menyambar mangsanya dengan kecepatan yang mengagumkan. Ahli kita tadi memang sudah lama memikirkan bentuk kapal terbang buat mengelilingi dunia dalam beberapa jam saja. Orang selalu menertawakan dia dan menggelari dia tukang mimpi, tetapi dia tak perdulikan ocehan, olokan orang. Malah dia menjawab, dia mau pindah terbang ke bumi lain, mencari masyarakat yang lebih cerdas, lebih halus perasaan budi pekerti, dan lebih tebal kemauannya.
Nah itu, lihatlah penduduk laut yang tebal tabah keberanian dan kemauannya itu. Salju dan es itu memang dibikin buat dia. Namanya Singa-Laut. Memang dia singa dalam sifat bertarung; lihatlah telinga dan seluruhn badannya! Penuh dengan bekas luka. Kulitnya sudah robek-robek seprti pakaian pengemis. Tetapi disekelilingnya ramai sesak perempuan dan anak-anaknya yang mengecap kesentausaan sebagai hasil kegagahan dan kesatriaan suami, bapak dan pemimpin ini. kenalan saya seorang guru dengan para muridnya sedang asyik menerangkan bangunan singa-laut ini menurut ilmu, tentang makanan, sifat dan tabiatnya. Katanya kepada saya, dengan mata bercahaya murni, dia manu menerangkan beberpaa buku kanak-kanak yang sama sekali berdasarkan Hidupnya Hewan. Kanak-kanak, memang suka fantasi, impian, katanya. Tetapi fantasi dan fantasi ada dua katanya pula. Ada yang merusakkan ada yang memperbaiki dan memajukan. Apa gunanya dipakai cerita menusia yang beralasan kegaiban, omong-kosong, dusta, beracun!
Cerita ini bisa kelak menjadi tahyul, penyelimut kecerdasan, sebab cerita manusia. Tetapi kejujuran pada masyarakat, semangat tolong-menolong, melompat sama patah, menyuruk sama hilang, semangat berkurban dan banyak lagi sifat yang lain-lain yang kita dapati pada hewan itu, ialah bukti yang nyata. Anak-anak gemar mendengar ceritanya dan menyaksikan kebenarannya. Yang fantasi, tetap juga tiada sama sekali ialah hewan itu bisa berpikir, berembuk dan berkata-kata seperti kita manusia, tetapi fantasi semacam ini tidak menarik kelembah sampai kegaiban atau tahyul, malah sebaliknya. Kalau mereka jadi dewasa, mereka mungkin akan tertarik oleh ilmu yang mempelajari naluri (instinct), kebiasaan dan tanda bermacam-macam suara yang dipakai oleh tiap-tiap jenis hewan buat memberi tanda keamanan dan bahaya, kesukaran, kecintaan, kerinduan, keuletan, kemenangan dan sebagainya.
Kita tinggalkan Alam Air ini. Kita sekarang berada dibukit dan lapang datar, dilembah dan gunung, dihutan dan rimba. Bermula kita saksikan bermacam-macam tumbuhan. Ada yang sudah kita kenal di Indonesia ada yang belum. Ada yang kita tanam ada yang liar. Ada yang sduah kita ketahui kokoh kuatnya untuk dibikin rumah, kendaran, perkakas, ada yang belum. Ada yang kita ketahui khasiatnya sebagai makanan, ada yang mengandung racun.
Lihatlah berjenis-jenis gandum diseluruh dunia dari padi kita sampai ke padi dari Taiwan dan semua gandum dari semua benua. Ramping lemah-lembut pokoknya. Ia menunduk kalau ditiup angin topan, makin berisi makin merunduk rangkai buahnya. Pada jenis tumbuhan inilah sekarang terletaknya makanan manusia yang terutama. Berapakah jauhnya pikiran melayang, kalau kita saksikan, kata yang sakti buat Indonesia asli: padi.
Kagumilah warna, segala warna dari berjenis-jenis bunga itu! Warna padi yang ketinggalan. Sambukanlah warna itu, dengan langit kita yang selalu bertukar-tukar pula, dengan warna langit yang sayup kelihatan dibelakang danau itu.
Kalau warna bunga-bungaan, langit, danau dan gunung Indonesia itu pada malam bulan terang, dikunjungi oleh manusia sehat jasmani dan rohaninya, yang berlantai pada masyarakat yang sehat pula badan dan jiwanya ........................... maka ........................... adakah surga yang lain dan lebih indah dari ini?
Tunggu! Disana ada satu Laboratorium besar! Disana diperiksa dan diperalamkan bermacam-macam tanah, logam, jutaan tumbuhan dan hewan. Di cari logam, yang lebih kokoh, tumbuhan yang baru dan kuat kayunya buat perkakas. Lebih besar khasiatnya buah atau daunnya buat makanan. Khasiat zat daunnya atau kulitnya atau uratnya buat obat-obatan. Yang diketahui beracun diperiksa zatnya. Dicampur dengan zat lain buat obat atau makanan. Tumbuhan yang tahan penyakit dicangkokkan pada tumbuhan sekeluarga yang sering musnah karena penyakit tadi. Tampang yang kurang baik ditukar dengan tampang yang bisa tumbuh lekas, lebih banyak mengandung zat yang baik dan tahan bencana alam.
Hewan diperbaiki keturunannya: yang kecil diperhentikan turunannya buat masyarakat yang lemah diperkuat, yang kurus dipergemuk, yang selama ini disangka tak boleh dimakan, diupayakan supaya boleh dimakan, dipakai buat obat daging, tulang atau kulitnya. Semuanya jauh kebawah teropong pemeriksaan dan ilmu.
Tetapi hari sudah petang! Baik kita terus berjalan menuju ketaman bintang yang didatangkan dari seluruh Indonesia dan seluruh dunia itu!
Tak ada binatang yang ketinggalan; besar kecil, buas, jina, yang didaratan ataupun diudara. Sudah agak penat kepala kita, sesudah mengagumi bagian taman yang dibelakang kita. Besok atau lusa akan kita teruskan kunjungan kita disini, skearnag kita Cuma perhatikan satu dua bintang saja!
Cucu saya menarik jari saya kepenjuru anjing meraung-raung. Kami sampai kesana melihat seekor anjing berguling-guling, melompat serta menjilat kaki, tangan dan pakaiannya seorang tuan.
Kami bertama kenapa anjing ini meraung-raung? Siapakah yang memukul dia?
“Bukan dipukul”, sahut tuan tadi. “Anjing ini memang saya besarkan dari kecil sekali, dia belum pernah saya tinggalkan. Sebagai satu peralaman mempunyai salah satu maksud, tiga hari yang lampau dia sengaja ditinggalkan disini. Tetapi menurut kata penjaga apa saja dikasihkan kepadanya dia tolak. Rupanya sungguh air diminumnya rasa duri, nasi dimakan rasa sekam. Baru ini saya kembali kesini menjumpai dia! Karena sukarianya tuan sudah dengarkan suaranya tadi, dan taun lihatlah pakaian dan kulit kaki dan tangan saya bekas kukunya ................”/
“Kalau kesetiaan, ketaatan dan iman manusia semacam ini” ............... kata penghabisan tuannya anjing, ............. yang haram itu.
Kami tinggalkan tuan ini, menuju ketempat orang berkerumun! Saya dan cucu mujur juga, walaupun tersepit-sepit sampai kedekat seorang-orang utan, Penjaga menceritakan, bahwa selang beberpaa hari saja anaknya Orang Hutan ini mati. Semenjak ini ibunya yang mati terus-menerus mogok makan. Makanan apapun disajikan dia tiada mau melihat, jangankan meraba! Sekarang dia menyusui anaknya kedunia baka ............
Seolah-olah bergantung cucu saya pada bibirnya penjaga, ketiga mendengarkan cerita yang sedih itu. Sebelumnya dia mau bertanyakan ini dan itu, tetapi rengkungannya sudah sesak, tak bisa berbicara dan matanya basah.
Hari sudah malam!
Saya mesti bujuk cucu saya dengan berbagai akal buat kembali pulang.
Kami lalui berjenis-jenis binatang yang terbang dan menjalar, yang pandai memanjat dan melompat. Melihat seekor ular yang buruk warna kulit dan bangun tubuhnya, akhinrya sesudah begitu laam dia takjub, memikirkan nasib ibu orang hutan tadi cucu saya berkata. “Apa guna ular jahanam ini dipelihara. Baik dibunuh saja!”.
“Tak ada yang suci sendirinya, dan tak ada yang jahanam sendirinya!” Sahut seorang ahli, yang kebetulan mau pulang pula. “Ditaman Raya ini”, katanya seterusnya “kita ciptakan, sebisa-bisanya bumi kecil, tetapi besar artinya, karena jauh sejarahnya. Disini mesti didapat segala ada, dahulu dan sekarang. Kalau bisa segala yang akan timbul. Tumbuhan dan hewan yang ada dahulu, Cuma sedikit sekali yang bisa kita kumpulkan disini. Tetapi yang ada sekarang diseluruh dunia taida berapa yang ketinggalan. Dan semua jenis ini yang ada ditaman ini tiadalah akan dimusnahkan, tetapi sekali-kali tiada akan dimusnahkan yang satu atau lebih jenis atau hewan tiada lagi akan berlaku pada yang ada ditaman Raja kita seperti zaman dahulu itu.
Ilmu pengetahuan sudah bisa membatalkan kebanyakan dari bencana alam yang bersimaharajelela pada zaman otak belum berlatih, perasaan masih sederhana dan kemauan masih mentah itu. Dari yang ada sekarang lusa timbul yang baru! Ilmu dan Peralaman kita sehari demi sehari memberi pengharpaan besar! Yang lebih kuat, lebih berkhasiat, lebih berguna, lebih cepat tumbuhnya dan lebih lama umurnya dari pada yang ada sekarang, mungkin, boleh jadi, dan bisa diperoleh. Yang baru ini akan menimbulkan yang lebih baru pula!
“Tetapi ular itu, buruk rupanya, tak ada khasiatnya dan busuk tabiatnya”, sahut cucu saya.
“Semua itu dipandang dari penjuru kemanusaian”, jawab ahli tadi dengan senyum-sambil,meraba kepala cucu saya dan memandag muka saya. “Yang ada sekarang”, akta ahli tadi seterusnya, “berasal dari yang ada dahulu, dan yang akan datang, berdasarkan pada yang akan sekarang Missinglinknya, gelangrantainya Darwin yang hilang itu banyak menyedihkan Science! Kita sedikitnya bisa juga mengharap supaya para ahli cucu ciick kita jangan lebih banyak lagi mendapatkan missing-link itu!” Sambil melepaskan tangan kanannya dair kepala cucu saya, memandang kebulan dan mulai megintip dari puncak gunung, menyinari danau dengan pancaran warna yang bergemilang sedap lemas, dia mengangkat kedua tangannya dan berkata: “Taman Raya ini termasuk kedalam Sejarah Alam Raya, tetapi Cuma sebagian kecil sekali. sejarah Alam Raya itu mengandung Taman Raya ini!”.
KE-MESIN.
Dimasa Dunia belum lagi aman!
Beberapa Negara Industri sudah berdasarkan sosialisme dan komunisme.
Tetapi bertentangan dengan itu ada pula beberapa Negara yang berdasarkan kapitalisme yang muda kuat. Diantara kedua jenis dasar Negara itu didapati dasar perantaraan, setengah kapitalistis dan setengah sosialistis. Pada beberapa Negara ini pertarungan kelas seru sengit berlaku.
Negara Indonesia berdasarkan sosialistis yang tiada berdasarkan imperialisme dan kapitalisme lagi sudah beberapa lama berdiri tegap. Daerahnya Negara ini tidak lagi dalam arti sempitnya sekarang, tetapi sudah memeluk sebagian besar dari Benua Asia Selatan, yang sekarang cerai-berai yang dinamai Birma, Siam, Annam, Malaka, Indonesia Sempit, kepulauan Filipina dan Australia Katulistiwa. Nama resminya Negara Baru ini ialah Federasi Aslia rapat dengan Australia dingin.
Pusat perindustrian yang dimaksudkan ialah industri-jiwa, heavy-industry, bukanlah satu. Yang terpenting adalah empat: (1) menurut keperluan diplomasi dan strategi keempat arah di dunia yang belum aman ini; (2) menrut adanya bahan dan kodrat mesin seperti adanya air mancur, arang atau minyak; (3) menurut perhubungan lalu lintas; (4) menurut adanya kaum pekerja dan lain-lainnya. Empat industri dicocokkan dengan 4 syarat tersebut diatas.
Saya dengan beberapa pemuda/pemudi mengunjungi pusat industri yang terpenting di Aslia, kalau tidak didunia. Letaknya adalah segaris dengan sumbu, dengan Katulistiwa, yang kira-kira ditentukan oleh garis Bonjol-Malaka. Sumbu ini pada zaman purbakala mendapat perhatian penuh dari pihak Negara yang langsung atau membelit mempersatukan Indonesia Raya. Keduanya kerajaan besar, Sriwijaya dan Majapahit memusatkan strategi pada sumbu ini. Pusat ini jadinya memenuhi syarat pertama strategi dan diplomasi.
Tiada mengherankan! Sumbu ini meguasai dua Benua dan dua Samudera terbesar dihari depan. Dengan artinya tenkik dan ekonomi zaman sekarang sumbu ini mendapat jiwa yang bagus, lebih kukuh dari yang sudah-sudah. Logam besi, alumunium dan bauxite buat pembajaan besi biasa, timah buat keperluan industri ketentaraan, arang, listrik (air mancur) serta minyak tanah buat kodrat mesin, kayu dan lain-lain bahan semuanya Bahan buat Industri-jiwa (heavy industry) (sebab memang penting buat mempertahankan Indonesia seluruhnya) berada dalam keadaan yang luar biasa; banyak, baik dan berdekatan!
Karena pentingnya sumbu-Dunia ini, maka sudah lama Federasi Aslia menggali terowongan, yang menyambung Sumatera dengan Semenanjung Malaka. Kota Malaka sendiri sekarang dengan satu kota dihadapannya di Sumatera sudah menjadi pangkalan kapal perang yang terutama, buat menguasai Selat Malaka. Dengan begitu menguasai dua Benua dan Dua Samudera! Beberapa terusan yang memperhubungan sungai besar, ialah Siak dan Kampar, sudah digali. Juga kedua sungai ini sudah diperdalam dan dibentuk tebingnya. Perhubungan sepanjang sumbu Bonjol-Malak itu kendaraan diatas dan dibawah air, serta diudara berjalan tiada berhentinya! indsutri tadi dengan kereta lori dan kapal. Begitu juga tak berhentinya bermacam-macam kendaraan, tak putus-putusnya lalu-lintas siap mengangkut bahan atau barang, serta kaum pekerja yang terutama datang dari pulau Jawa.
Ketika kami dari atas bukit mengagumi bumi yang permai dan langit yang jernih, mataharinya mulai naik serta memancarkan sinar yang sehat-segar, yang paling muda diantara kami, berlari menuju ke tebing jalan kereta, menelungkup berama-ramai. Tetapi dengan giat gemetar, melambaikan kedua tangannya kepada kami memanggil dengan teriak. Kami lari ketempatnya! Salah satu pemuda, mahasiswa, ketika kami semua masih hening takjub melihat kereta api, panjang, naik bukit menuju ketempat kami, dengan suara lemah menggeletarkan kira-kira: “Perhatikanlah induk mesin itu! Alangkah keras kerjanya! Asap nafasnya berbual-bualan: Keringatnya kurasa panasnya! Dengarlah puputnya memberi pengawasan. Ketepi-ketepi, aku lari! Jangan lariku terganggu! Berapa ribu kilo barang kuangkut lari! Beberapa ratus jiwa dibelakangku. Perempuan, lelaki, pemuda pemudi, kanak-kanak dan bayi. Ketepi-ketepi, teriakku sekali lagi. Bahayamu adlaah noda bagi diriku. Keselamatan semua aku tanggung, jadi mesti kutepati. Saat menit terlambat menghilangkan namaku. Abangku masinis langsung bertanggung jawab. James Watt nama nenekku! Cepat cakap dan aman sentosa inilah semboyanku! Kesempurnaan inilah hari depanku.
Ditanah datar dibawah kami sudah kelihatan rumah berjejer-jejer mengelilingi tanah lapang. Inilah rumah, kaum pekerja, berbentuk baru dan cocok dengan ilmu hawa udara dan cahaya matahari. Selainnya dari pada rumah yang menjaga dan memajukan kesehatan pekerja, ditengah-tengah tiap-tiap rombongan rumah didapati tanah lapang buat bermacam-macam sport dari bermacam-macam usia, gedung yang tinggi ialah sekolah yang cukup mempunyai alat buat bermain, bertani, bertukang dan berteori. Gedung yang paling besar, paling tinggi dan paling bagus itu ialah tempat bermusyawaratannya kaum pekerja tempat membaca buku dan surat kabar dan kadang-kadang dipaku buat kotbah (lecture).
Akhirnya kami sampai pada salah satu pabrik besar. Disini kelihatan mesin yang paling baru dan paling kokoh cakap. Hasilnya berlipat ganda dari yang sudah-sudah. Permatilah gunting raksasa itu! Baja keras dan tebal itu diguntingnya seperti adik saya menggunting kertas. Hampir pecah anak telinga kita mendengar martil yang 125 ton (125.000 kg) yang dijatuhkan dari temapt yang 6 meter tingginya itu. Baja sebesar benteng itu kalau ditempatnya jadi tipis seperti emping. Amatilah gergaji listrik itu melayani papan waja itu, seperti pandai besi pada zaman Majapahit memotong-motong bambu .......... Disini dibakar mesin buat pabrik gula, kopi, karet dsb, mesin buat pabrik kain, sepatu, sikat gigi dsb; mesin buat kapal, kertas, auto, kapal dsb. Jadi pabrik ini ialah pabrik “mesin buat bikin mesin”, machine making machine. Yang terpenting sekali ialah mesin buat membikin pertahanan Negara senapan mesin, meriam, kereta kebal, kapal silam dan aero-engine, mesin udara. Tetapi selalu dirombak, dilebur dibentuk kembali menurut pemeriksaan dan pendapatan baru! Tiada jauh dari pabrik ini didapati satu laboratorium Raya yang selalu mencari susunan mesin yang baru dan kodrat mesin yang lebih efficient dari yang sudah-sudah. Semboyannya pabrik-raya ini “Cakap demi cakap”, more and more efficiency.
Hak-diri dan perseorangan (private ownership and individualism!) sudah tak dikenal lagi dalam pabrik ini. semua mesin bahan dan kodrat mesin ini dipunyai masyarakat Aslia. Klas Kapitalis dan proletar, golongan buruh halus dan kasar sudah lama hilang lenyap. Kaum pekerja otak dan tangan, pekerja menurut pembawaan masing-masing, dan masing-masing mendapat upah melebihi keperluan masing-masing. Memang Aslia itu kaya, raya! Dengan ilmu dan teknik sebaru-barunya, pemujaan harta benda terserah pada masyarakat, penghasilan dan pembagian hasil berdasarkan tolong-bertolong upah dan kehidupan diatur menurut rencana-pergaulan (social-planning), hasil perusahaan senantiasa berlipat ganda, melimpah-limpah laksana danau dimusim hujan
Saya terpaksa menarik pemuda dan pemudi keluar meninggalkan pabrik tadi. Mereka tak putus-putusnya bertanyakan ini itu, meloncat kesini dan kesitu. Setelah keluar pabrik ini, mereka bersikeras mau mengunjungi bermacam-macam pabrik lainnya, terutama pabrik yang bikin aero-engine itu. Tetapi hari sudah petang. Mereka bersikeras mau bermalam disana saja. Sebetulnya saya kekurangan alasan buat membantah mereka. Untunglah terdengar dengungan mesin kapal terbang yang hendak berangkat. Mereka berhamburan melompat keluar pabrik, menuju kelapangan terbang sedikit jauh diluar kota pabrik ini.
Mereka bergerak berjalan cepat, bersorak menyanyi bersama-sama;
Sudah dilangit kami melintas
Terbang melayang kebumi lain
Namun akal pantang tewas.
Asal masyarakat terus menjamin.
KE TAMAN MANUSIA
Maluku (is) het verleden,
Java (is) het heden,
Sumatera (is) de toekomst.
Kata Belanda! Artinya itu:
Kebesaran Indonesia dahulu ter-
Letak di Maluku; sekarang
Jawa nanti di Sumatera
Apakah yang dimaksud Belanda dengan “Kebesaran?” Tentulah bukan kebudayaan! Kalau dipandang dari penjuru kebudayaan, maka simpulan tadi mesti disusun: Sumatera yang pelopor; Jawa yang sekarang; dan hari depannya Indonesia, boleh jadi sekali kembali ke Sumatera.
Sebelum zaman Majapahit, tak bisa disangkal, bahwa Sumateralah dengan kerajaan Sriwijaya, sebagai pemimpin politik, yang menjadi pusat kebudayaan. Sekolah tinggi berdasarkan Buddhisme, di ibukota Sriwijaya, tidak saja menjadi obornya Buddhisme di Indonesia, tetapi pada satu masa boleh dikatakan buat seluruhnya dunia yang beragama Buddha. Dharmakitri di Sriwijaya diakui sebagai ahli Buddhisme yang terbesar pada zamannya. Yah Hien dan I-Ching; keduanya ahli Tionghoa tentangan agama Buddha, dan diakui oleh dunia Barat juga sebagai Ahli Sejarah Timur yang besar, lama tinggal di-ibu kota Sriwijaya buat mempelajari Buddhisme. Pada masa Sriwijaya masih dipuncak kekuasaan dan Buddhisme di Hindustan sedang turun, maka besar sekali pengaruhnya Sriwijaya atas sisa politik dan kebudayaan Buddhisme yang masih tinggal di Hindustan.
Sesudah Sriwijaya turun dan sunyi senyap, maka pusat kebudayaan (Hinduisme-Buddhisme) berpindah ke Jawa. Sampai sekarang Jawa tetap pegang kehormatannya sebagai pusat kebudayaan Hindu-Jawa itu.
Walaupun sekali lagi Sumatera berlaku sebagai pelopor dengan membawa Islam ke-Jawa – ingatlah nama-nama Falatehan Jakarta dan Sunan Gunung Jati – tetapi kebudayaan yang dilaksanakan dan dimajukan oleh bangsa Indonesia masih berpusat di Jawa. Kebudayaan masa dahulu kala yang bisa dianjurkan keluar Negara, yang bisa mengenangkan hati seluruhnya Rakyat Indonesia pada masa sekarang, ialah: kebudayaan Jawa. Yang saya maksud dengan kebudayaan, kultur, ialah perkendalian atas dunia diluar dan dalam diri manusia. Perkendalian atas “dalam diri” itulah yang memuncak di Jawa.
Tetapi mesti ada peringatan, bahwa perkendalian itu berdasarkan idealisme, kegaiban dalam filsafatnya dan kerajaannya dalam politik (politiknya). Duduk sama rendah, tegak sama tinggi, tak didapati kalau dalam Masyarakat Hindu-Jawa.
Kalau dasar semacam ini, dasar kerakyatan ini akan dijadikan ukuran, maka kita mesti menoleh kemasyarakat Minangkabau pada zaman luruhnya. Kita mesti pelajari makna undang yang dipusatkan oleh dua Ketumanggungan dan Perpatih. Keduanya ahli undang ini berdasarkan kerakyatan, tetapi yang pertama dianggap conservative. Walaupun kesusasteraan dan seni seperti tari dan nyanyi di Minangkabau disana terbelakang dari Jawa, tetapi teknik dan ekonomi sekali-kali tak ketinggalan oleh Jawa. Malah dalam teknik perairan Minangkabau melebihi Jawa dan Bagian Asia lainpun.
Dalam perkara kebudayaan tadi bukanlah Maluku yang jadi pelopor, perintis, jalan kebudayaan. Bukanlah “Maluku” het verleden, melainkan Sumatera. Cuma kalau dipandang dengan kaca mata shopkeeper, yakni tukang warung, maka kehormatan itu terletak didadanya Maluku. Memang Maluku dengan cengkeh dan palanya pernah menarik bangsa Eropa ke Indoenesia dan mengisi penuh kantongnya bangsa Barat itu. Dengan hilang celupnya pala dan cengkeh itu, dan naiknya celup gula dan kopi. Maka dari penjuru matanya tukang warung juga “kebesaran” sekarang itu berpindah ke Jawa. Sebetulnya, sesudah kira-kira tahun 1927, pada waktu mana export dari Sumatera sudah lebih dari setengahnya export seluruh Indonesia “Kebesaran sekarang” itu sudah berpindah dari Jawa ke Sumatera, yakni dipandang dari kaca-mata tukang warung juga. Dengan begini sebetulnya nujumnya tukang warung tadi, bahwa “Sumatera itu ialah hari Depan, sudah berlaku”.
Memang Sumatera dengan besarnya hampir 3 ½ X Jawa; dngan banyak dan besar serta dalam sungainya yang mengalir ke Samudra Pasific dengan segala ragam bahan logamnya yang sempurna banyak dan sifatnya; dengan letaknya yang tiada taranya didunia ini; dan akhinrya tetap tiada terkurang pentingnya, dengan kemajuan Ilmu dan Pesawat Zaman sekarang yang bisa menukar rawa-rayanya Sumatera sebelah Timur menjadi taman-raya ............... maka tak ada diantara kepulauan Indonesia yang berbahagia seperti Sumatera. Apalagi kalau Sumatera itu dikembarkan (terowongan) seperti pada zaman purbakala dengan Semenanjung tanah Malaka.
Jepang dengan mata tajamnya, seperti mata burung elang sudah sadar akan arti Sumatera/Malaka dalma arti perindustrian dan peperangan (strategy). Bagaimana juga akhirnya peperangan ini (sekarnag Maret, 28, 1943) bagaimana juga akhirnya nasib Indonesia dalam hal politik, tetapi pasti perindustrian di Sumatera/Malak tak akan bisa dihambat majunya. Perkara tenaga tidak menjadi persoalan yang tetap tak bisa diselesaikan. Sumatera/Malaka sekarangpun sudah hampir dua kali penduduk Australia yang besarnya 15 kali sebesar Sumatera/Malaka itu. Lagi pula Jawa lebih dari cukup mempunyai reserve, bantuan tenaga. Dalam sejarah perindustrian didunia, kita saksikan Bukannya tempat yang pindah mencari orang (tenaga), melainkan sebaliknya buruh yang pindah mencari tempat (perindustrian). Dengan begitu perindustrian Indonesia pada hari depan akan berpusat di Sumatera/Malaka, seperti pada tulisan terakhir kita sebutkan di Sumbu Bonjol/Malaka. Akhirnya tetapi tiada pula terkecil artinya pada tingkat penghabisannya, bukan kebudayaan semata-mata yang menentukan ekonomi (perindustrian dsb), melainkan ekonomilah yang menjadi alat adanya dan yang membentuk kebudayaan. Dengan Industri Jiwa Indonesia kelak akan berpindah ke Sumbu Bonjol/Malaka, maka lambat-laun kebudayaan akan berpindah, ya, berpindah kembali kesana. Demikianlah Sumbu Bonjol/Malaka itu kelak akan menjadi sumbu kebudayaan.
Tetapi sekarang sumbu kebudayaan itu masih di Jawa. Dengan majunya pertanian dan industri kecil, menengah dan sebagian dari industri besar di Jawa dan rapatnya penduduk sekarang dan dihari depan, maka Jawa akan tetap buat beberapa lama memegang kedudukan tertinggi dalam kebudayaan Indonesia itu! Lagi pula kaum cerdas (intelek) dan pekerja kasar dan halus akan berpusat di Jawa.
Republik Indonesia sempit, tetapi dengan hati lapang, sudah lama membentuk Taman-Manusia, hampir pada tiap-tiap pulau di Indonesia. Cocok dengan kekuatan pulau dalam hal ekonomi, maka tiap-tiap pulau sudah memilih dan membangunkan Taman-Manusia masing-masing atas dasar yang sama buat seluruh Indonesia. Baik semangatnya atau teknik dan seninya semua bangunan itu sudah ditetapkan oleh komisi Taman-Manusia dan dibenarkan oleh Majelis Permusyawaratan Indonesia. Taman-Manusia yang dianggap menjadi modal, contohnya terdapat di Jawa.
Kesini kamu pergi bertamasya! Tram listrik Gunung yang kami kendarai. Kata seorang penumpang pada sayat tak lama lagi tram naik gunung ini akan dijalankan oleh korat kawahnya gunung Merapi yang banyak dipulau Jawa ini. saya sahuti pula kalau begitu nanti tak saja terowongan yang bisa mempertautkan kembali Jawa/Sumatera, tetapi juga ferry-raya yang pulang-balik di Selat Sunda akan dijalankan oleh kodrat kawahnya Gunung Krakatau. Jadi nujumnya Joyoboyo akan berlaku sebaliknya. Jawa bukannya akan msunah dari muka bumi ini malah sebaliknya akal manusia bisa diperbesar dan mempertaukan kembali dengan saudara kandungnya. Impian kami terpaksa diputuskan, karena sudah berhenti dimuka pintu gerbang yang permai sekali. pemandangan disekelilingnya menakjubkan serta memberi ilham yang tak bisa dilupakan! Kami masuki pintu gerbang itu, bermula kami memandang padang penuh dengan gedung yang indah-indah, bermacam-macam tugu, dikelilingi oleh berjenis-jenis pokok kayu serta bunga-bungaan yang berbagai-bagai warna dan bau. Sesayupnya mata memandang kedepan, kekiri dan kekanan kelihatan bukit mengelilingi. Dikaki, dipinggang dan dipuncak bukit barisan berkeliling padang tadi, kelihatan patung besar kecil yang kadang-kadang memancarkan kembali sinar matahari.
Alangkah permainya pemandangan disini! Tetapi sebentar saja kepala kami yang penuh ilham tadi, dengan hati yang takjub hening-hening itu terharu. Dimuka kami ada satu tugu panjang bujur sangkar. Didepannya ada satu patung besar, menundukkan kepalanya, dengan muka yang tak bisa digambarkan dengan satu perkataan, sebagian berupa sedih-pilu, sebagian berupa menyesal dan sebagian berupa marah ............. kami lekas mengerti maksudnya patung ini. sesudah kami menghampiri tugu bujur sangkar itu. Didepan huruf baja tertulis:
TUGU PERINGATAN MANUSIA NAJIS
PENGHIANAT NEGARA, PENJUAL RAKYAT
KUSTA MASYARAKAT!
Puluhan, ya ratusan namanya dan gelarnya manusia najis yang dituliskan disemua sisi Tugu Raya ini. yang baru diantara mereka mempunyai gambaran. Dengan tulisan baja pula disebutkan asal, pangkat, pekerjaan, dan perbuatan masing-masing terhadap Rakyat Indonesia dimasa lampau. Yang masuk golongan manusia najis No. 1 ialah mereka yang dengan langung membantu penjajah penindas, penghisap atau pembunuh Rakyat Indonesia. Golongan yang kedua ialah mereka, yang dengan tak langsung membantu musuh Indonesia (hand-en spandiensten verrichten). Golongan yang ketiga ialah mereka, yang masuk kedua golongan tersebut diatas, tetapi mengecap kesenangan bersama-sama dengan musuh Rakyat, merugikan Rakyat. Ada lagi satu golongan yang namanya tertulis pada satu kubu tertutub dibelakang kubu najis, mereka tiada masuk golongan najis, tetapi berjuang tehradap masyarakat. Golongan ke-empat itu ialah mereka yang bermata tetapi tak melihat, bertelinga tetapi tak mendengar, berotak, tetapi tak berpikir, berperasaan tetapi berpeluk tangan, bermulut tetapi mungkin .................... manusia tak berguna terhadap masyarakat, masuk tak genap, keluar tak ganjil. Sebagian besar dari muka tiap-tiap sisi kubu najis tadi belum lagi ditulis. Rupanya pemerintah Republik menunggu pelamar najis yang baru.
Hati kita yang terharu itu ditambah kusutkan pula oleh pengaruhnya suara burung semacam burung hantu yang bertebangan dikeliling tugu itu, terutama disekitar Golongan Manusia Najis No. 1. Bunyi burung itu seolah-olah berarti: jauhilah, jauhilah semangat manusia najis ini. bunyi itu dicampuri pula oleh baunya bunga-bunga yang dikenal di Indonesia dengan nama tahi-ayam.
Entah dari mana seorang putri, murid sekolah menengah terkenal sebagai seorang radikal, mendapatkan barang yang tak bisa disebutkan namanya disini ........... tetapi ia sudah siap hendak melemparkan barang itu kesatu nama yang sampai ke Digul terbau busuknya. Untunglah penjaga lekas datang mencegah ...........................!
Pemuda/pemudi diantara kami terutama pula yang sudah mengerti, berperasaan halus terlatih, keras hati dan jujur, sudah lama kehilangan kesabaran dan mendesak meninggalkan kubu manusia najis ini dan menuju kelereng gunung.
Kami menuju kesebelah kana! Disini terdapat pemikir dan pahlawan Indonesia. Manusia berjasa kepada Indonesia dalam lebih kurang 2000 tahun ini.
Tetapi walaupun cukup banyak kubu dan patung pada barisan bukit ini, kebanyakan benda peringatan manusia berjasa ini terdiri dari tugu. Tetapi pada tugu peringatan ini segala naa orang tiada lagi dikumpulkan seperti pada manusia najis tadi. Tiap-tiap orang mempunyai satu tugu besar atau kecil menurut jasanya terhadap masyarakat. Tugu peringatan ini didapati dikaki bukit, cukup indahnya! Dilereng bukit kita temukan beberapa patung pemikir dan pahlawan Indonesia. Di puncak bukit kita lihat Cuma satu dua patung! Tetapi lebih indah dari yang sudah-sudah. Sebagian besar dari lapangan dilereng dan puncak bukit masih kekosongan patung, tetapi penuh dengan pohon dan bunga yang cantik danburung yang merdu nyanyinya.
Lama komisi Taman manusia tadi, memutar-balikkan perkara dasar yang mesti dijadikan pedoman buat mengatur kedudukan penduduk Indonesia Almarhum yang besar berjasa.
Persetujuan tak mudah didapat. Karena, walaupun sebagian besar dari anggotanya berdasarkan Sosialisme dan Internasionalisme, tetapi diantara anggotanya banyak juga yang berjasa besar terhadap Indonesia Muda, sedangkan mereka berdasarkan kebangsaan semata-mata. Pihak ini mendesak, sedikitnya buat satu keturunan di depan, supaya kebangsaan itu, dalam arti menurut ilmu kebangsan, diberi perhatian, terhadap keluar Negara perlu dipropagandakan dengan “bukti dan perbuatan, bahwa bangsa Indonesia, warna coklat penduduk hawa panas itu, bukanlah masuk bangsa yang malas, penakut dan bodoh, seperti selalu dikemukakan pada beberapa abad dibelakang ini. terhadap kedalam Negara, perlu dengan seni dan propaganda dihilangkan Inferiority Complex”-nya, yang merasa dirinya rendah, yang dimungkinkan oleh Hinduisme dan didalamkan oleh Imperialisme Barat.
Berhubung dengan aliran Internasionalisme sehat dan Nasionalisme sehat dalam pemerintahan dan komisi tadi, yang keduanya berurat pada Rakyat Jelata, maka pada tiap-tiap pembicaraan tentang seseorang Almarhum berjasa timbullah bermacam-macam persoalan. Diantaranya ialah Almarhum ini akan dimasukkan ke taman manusia bagian nasinal ataukah internasional; penjajah mentahkah dia atau bermaksud murni terhadap masyarakat dan bangsa asli Indonesia; melawan musuh dengan pikiran dan semangatkah atau dengan perbuatan; apakah Birma Siam dan Annam sekarang juga akan dimasukkan kegolongan bangsa Indonesia atau Filipina dan Malaka saja; yang terpenting ialah orang Besar ini berdasarkan kerakyatankah atau kerajaan.
Berhubung dengan beberapa dasar pilihan yang diatas ini, maka Hayam Wuruk dan Gajah Mada, walaupun kedua patungnya besar sekali, tetapi mukanya tiadalah terang, karena ditutupi oleh semacam cahaya yang mengaburkan seluruh badannya, apalagi kalau siang hari. Lama sekali komisi Taman Manusia mempelajari dan berembuk tentang asal-usul, asas dan perbuatannya kedua Almarhum besar ini. kebesaran mereka tentu bulat dan cepat mendapat persetujuan. Dipandang dari penjuru semangat, kecerdasan dan kecakapan dalam politik mereka dianggap luruh sekali. Tetapi kebangsaan mereka, Hindu tulenkah atau setengah Hindu. Setengah Hindu itu mesti dianggap kasta calon surga, sedangkan bangsa Indonesia Asli, seperti di Bali pada abad ke-20 ini mesti diangagp sebagai Sudra, kasta nasjis? Apakah perlunya kasta Brahma atau kasta Hindu itu, dilayani dengan bahasa Kromo atau Kromo Inggil oleh bangsa Indonesia Asli, sedangkan kasta Hindu melayani kasta Sudra itu dengan Ngoko. Banyak diantara anggota yang tak bisa menahan marahnya dan mengusul, supaya Hayam Wuruk dan Gajah Mada itu dilenyapkan saj dari sejarah Indonesia. Golongan ini menyamakan hayam Wuruk itu dengan Jan Pieterzoon Coen dan Deandels. Mereka bertanya, guna apakah begitu banyak darah bangsa Indonesia di Jawa dan seberang dicucurkan? Karena tak satupun daya upaya menakluk Hindu itu, kata mereka, yang mencoba mengembangkan kebudayaan Majapahit itu dengan sungguh, ikhlas dan langsung diantara Rkayat seberang sehingga samapi Rakyat Batak, Kubu, Dayak, Toraja dsb tak sedikitpun mendapat manfaatdari peperangan yang diulungkan, diwayangkan dan didongengkan itu. Ada yang menuduh, bahwa Hayam Wuruk dan Gajah Mada en Co-lah yang menanam atau memperdalam inferiority complexnya Rakyat Jawa, yang terbanyak di Indonesia, yang patut menjadi pemimpin seluruh Indonesia terhadap Imperialisme Barat, tetapi gagal berkali-kali dalam pimpinannya itu. Banyak anggota yang menganggap Hayam Wuruk dan Gajah Mada seperti pemimpin kasta asing, berurat dimasyarakat Indonesia seperti bendalu berurat dipokok langsat. Akhirnya diputuskan supaya patungnya ditaruh dibagian Indonesia, dibesarkan tetapi dikaburi .............. artinya sejarahnya kurang jelas!
Patungnya Hang Tuah, Diponegoro, Imam Bonjol, dan Teuku Umar tidak begitu besar tetapi terang sekali. ada tak adanya darah asing, yang sendiri mengaku superior, ulung, pada para pahlawan ini tak menjadi persoalan lagi. Tak ada diantara anggota, yang memandang campur darah asing itu satu kekuatan asal. Campur darah itu bersemangat dan bersikap samarata terhadap darah Indonesia Asli. Mereka semuanya pahlawan Islam yang tak mengenal kasta dan kutuknya kasta Sudra atau Paria. Meskipun begitu diantara nasionalist sehat dan internasionalist ketika menentukan besarnya patung ke-empat pahlawan pada empat negara (masyarakat) di Indonesia tadi timbul juga persoalan seperti: Kalau Diponegoro jaya, dan bisa mendirikan kerajaan Jawa dan akhirnya Indonesia, akan dia tetapkankah perbedaan bahasa yang dipakai diantara satu penduduk dan penduduk di Indonesia itu? Umumnya wakil Indonesia yang muda memandang perbedaan bahasa yang melemaskan lututnya si Kromo itu sebagai najis Hindu yang mesti dikikis habis-habis! Batinnya mereka juga setuju, bahwa tak ada diantara 4 satria yang menantang imperialisme Barat tadi dengan usaha mati-matian, yang berpikiran baru. Disangka, bahwa paling baiknya Indonesia akan mendapat persatuan teguh kembali dan satu Raja yang Adil. Tetapi semua Sejarah di Asia ataupun Indonesia menyaksikan bahwa seorang raja adil itu mungkin dan sekali sendiri atau mempertahankan Raja Dalim. Tetapi persoalan semacam itu tinggal akademis, sesuatu, “kalau” saja. Komisi akhinrya memutuskan, supaya para pahlawan penantang imperialisme tadi mendapat patung yang sedang besarnya. Sejarah pertarungan mereka ditulis dengan huruf emas, Hang Tuah, penantang Portugis dengan taktik gerilyanya dilaut, mendapatkan perhatian lebih dari yang sudah-sudah. Karena semuanya anggota komisi setuju bahasa hari depannya Indonesia terletak dilaut!
Hampir kepuncak kita berjumpakan beberapa patung yang menarik hati, seperti patung Dr. Cipto Mangunkusumo, Muhammad Husni Thamrin dll. Sudahlah tentu Thamrin mendapat sokongan besar, dari bekas borjuis besar. Mereka mengemukakan “inteleknya” Thamrin dengan melupakan dasar ekonomi dan politik yakni kapitalisme Bumiputera dan berkompromis dengan kapitalisme Asing. pembantu Cipto memajukan politik, kesangsian Dr. Cipto diantara hinduisme dan modernisme yang akhirnya mengadakan akibat yang tiada dikendalikannya sendiri, tetap sebelum matinya. Kebanyakan borjuis kecil membantu Cipto. Kaum Internasional besar mengalah, mengingat tingkat sejarah Indonesia pada masa itu. Dengan begitu nasinalist bisa mendirikan tanda peringatan buat pemimpin nasionalist yang berjasa.
Dipuncak bukit kita lihat dua patung: Dr. Jose Rizal (baca Hose) dan Andreas Bonifacio. Mereka ditaruh dilapangan dipuncak bukit. Belum ada penduduk Indonesia-Sempit sampai kesana. Memang sampai waktu Jepang masuk, Indonesia-Sempit, tak mempunyai nasionalist yang bersejarah seperti Huaroz atau Rizal, Dr. Sun Yat Sen atau Tilak. Belum ada penduduk Indonesia Sempit yang sampai kesana. Tidak saja Rizal dianggap pelopor dan Satria kemerdekaan Filipina, tetapi juga satu dokter yang masyhur di Asia Timur, ahli bahasa, yang mengenal lebih baik dari 13 bahasa tua dan baru, seniman yang mendapat pengakuan Interansional, biologist yang mendapat tumbuh-tumbuhan dan hewan baru, pengarang buku yang membawa dirinya kebawah hujan peluru sebagai hukuman dari pemerintah Spanyol.
Bonifacio sampai sebagian besar maksudnya, seperti belum tercapai oleh orang Indonesia lain. Dia bapaknya Katipunan, partai Revolusioner, yang bermula menaikkan bendera kemerdekaan menentang tentara Spanyol yang lengkap senjatanya itu dengan bola ditangan dan berhasil ¾ mengusir Sapnyol ................. sampai jiwanya ditewaskan oleh penghianat kawan seperjuangan.
Diantara wakil proletar ia di Komisi kita tadi, banyak yang memajukan supaya Bonifacio dimasukkan ke-Taman Indonesia bagian internasional saja. Pihak ini memajukan bahwa Bonifaciolah yang pertama kali, tidak saja di Filipina, tetapi diseluruh Indonesia, ya, diseluruh Asia yang berasal, berpendidikan proletaris, dan menyusun proletar. Lebih dari Dr. Rizal maka Bonifacio mengerti kekuatan proletar dan akhirnya mengerti akan politiknya Amerika yang masuk menyerbu. Sampai pada saat matinya, dia tetap memegang dasar kemerdekaan dan tak mau kompormis dengan bangsa asing yang hendak masuk mencampuri politik Filipina.
Juga ada diantara anggota komunis yang mau menempatkan patung Dr. Rizal ditaman manusia bagian internasional itu. Mereka memperingati dokter ini, walaupun berusia 36 tahun sudah memperlihatkan sinar otaknya, tidak pada satu lapangan ilmu saja, tetapi pada bermacam-macam lapangan. Mereka memperingatkan kata Russell, bahwa “universal genius: maha cerdas dalam segala ilmu itu, tidak terdapat dibangsa lain, melainkan pada Malay Race, diantara bangsa Indonesialah. Clefford juga mengaku kecerdasan luar biasa dari dokter muda bangsa Indonesia tulen ini! Jadi kata mereka, para anggota komisi tadi tak ada halangannya kalau Dr. Rizal berdiri sejajaar dengan Ariestoteles ataupun Descrates yang juga universal genius tetapi tidak dalam bahasa atau seni seperti Dr. Rizal.
Tetapi menurut pendapatan pihak yang mau menaikkan derajat bangsa, menghilangkan inferiority complex baiklah keduanya Jose Rizal dan Andreas Bonifacio ditaruh sebagian dalam daerah nasinal. Dalam hatinya semua anggota juga mengakui bahwa keduanya orang besar Indonesia itu meskipun cukup buat Indonesia dan Asia, tetapi belum cukup buat seluruh dunia. Mereka tiada meninggalkan teori atau dasar yang baru buat science dan masyarakat umumnya. Putusan yang diambil ialah menaruh patungnya Dr. Rizal dan Bonifacio kebagian Indonesia dengan mukanya menghadap bagian Internasional!
Bukan main cantik warnanya dan merdunya suara burung yang diperlihara disekitar dua Almarhum besar ini. karangan bunga yang bertimbun-timbun ditaruh di kaki kedua patung itu. Desas-desus suara kekaguman pengunjung, membawa pikiran dan idaman putra dan putri Indonesia tinggi melayang keangkasa ............melebihi kecerdasan Jose Rizal dan ketunggangan Bonifacio.
Kami sekarang menuju ke bukit sebelah kiri, kebukit internasional.
Seorang pemuda bertanya, kenapa besaran dunia itu patungnya ditaruh sebelah kiri. Tidakkah lebih cocok kalau ditaruh disebelah kanan. Jawabnya, maksud kiri itu, ialah hari-depan. Internasionalisme sehatlah dan diujudkan oleh Republik Indonesia dan kelak oleh Federasi Aslia.
Seorang pemuda berkecikak menanyakan: “Kalau saya mati, dimana nanti saya ditaruh?” Disana, kata seorang, menunjuk ke kubu najis kalau kamu berlaku seperti mereka. Digolongan nasionalis-besar, kalau kamu berbuat baik kepada masyarakat Indonesia. Digolongkan internasional kalau engkau betul-betul meninggalkan teori baru untuk ilmu bukti dan dasar baru buat sembarang masyarakat didunia! Tetapi kalau manusia masa saja tetapi cukup buat jadi contoh teamn sejawatmu, karena sebagian pelajaran engkau belajar dengan sungguh, sebagai guru engkau mengajar dengan giat, tetapi pekerja engkau tak pernah dapat celaan, sebagai pemikir, dokter, insinyur atau ahli undang dsb engkau dengan teliti menjalankan kewajibanmu, maka engkau akan bersemayam di desa, kota, atau daerahmu, di catat ditugu atau dipatungkan menurut jasamu! Tak ada nama pad amasa depan yang akan dilupakan, dosa yang akan didiamkan atau jasa yang tiada akan dicatat. Perkataan para Nabi, bahwa tak ada perbuatanmu yang tidak diketahui dan dituliskan Tuhan Yang Maha Mengetahui dan mencatat segala dosa dan jasamu buat selama-lamanya. Jadi awasilah segala perbuatanmu!
Kami akhirnya sampai ketugu besar! Tugu ini penting sekali dan didirikan atas usulnya internasionalist dalam komisi kaum nasionalist yang selalu mengembar-gemborkan Diponegoro dan Imam Bonjol itu, seolah-olah tak suka ikhlas, menyebut puluhan nama yang meringkuk dan mati dalam bui, buangan atau gantungan Imperialisme Barat, seolah-olah mereka Amlarhum ini dianggap bukan lagi bangsa Indonesia yang berjaasa tehardap masyarakat Indonesia. Sebetulnya nama Indonesia, baik nama Negara atau orangnya, dalam pergerakan Indonesia lk 35 tahun dibelakang, sebelum Jepang masuk, tercantum dalam surat kabar asing di Singapura atau Shanghai, London, atau New York, ialah nama yang berhubungan dengan keributan 1926, disebabkan pengaruhnya PKI.
Orang boleh bertemukan nama Dahlan seumpamanya pemimpin Komunis di Jakarta diruang surat kabar Bangkok atau Hongkong, London atau New York. Tetapi carilah nama-nama seperti Dr. Sutomo atau Dr. Wahidin umpamanya. Orang bisa ketemukan nama partai PKI dalam surat kabar didunia luar Indonesia. Berhari-hari, berkolom-kolom surat kabar diluar negeri dikawati dengan nama pemimpinnya yang berhubung dengan kejadian di Jawa dan Sumatera pada tahun 1926 itu. Tetapi carilah nama Budi Utomo atau lain-lain kumpulan intelek di dunia luar! Pendeknya Indonesia sebagai bangsa yang masih berjiwa, yang masih bisa memprotes, tiadalah dikenal oleh Negara lain, diabad ke-20 ini, kalau tak ada keributan 1926 itu dan pemimpinnya.
Satu anggota mengemukakan bahwa pemogokan buruh kereta api pada tahun 1922 lebih besar artinya buat kesadaran rakyat dalam politik dari 1001 pidato kaum intelek yang disertai tempik sorak tak karuanitu! Komisi mengakui, bahwa para pemimpin PKI almarhum patut dipatungkan, sudah lebih dari sepatutnya diperingati nama dan sejarah pendeknya para pemimpin dan pengikutnya almarhum seperti Subakat, Dahlan, Ali Archam, Haji Misbah, Sugono, Dirya dll.
Demikianlah nama diatas disertai oleh puluhan nama pahlawan yang bersemangat dan berhaluan baru serta bersejarah, pendeknya tercantum pada tugu besar ini. Dimuka tugu besar ini berdiri patung tak begitu besar, seperti seorang muda remaja, berbadan sehat, kukuh, bermuka penuh dengan pengharapan kegiatan dan kesucian pikiran. Patung ini menghadap kekiri, kebagian Taman Manusia internasional, mengaruk kepuncak bukit, namanya tak ada. Dibawahnya tertulis dengan tulisan:
Enyahlah segala macam isapan, tindasan dan kecongkakan!
Hiduplah persamaan manusia dan manusia serta bangsa dan bangsa.
Hiduplah kemerdekaan berpikir buat ilmu pesawat dan seni!
Perlahan kami mendaki gunung. Karena semua berjalan menengadah keatas melihat patung yang indah berseri-seri dan takut jatuh tertarung.
Tak ada yang berbicara keras! Walaupun tadi sudah merasa lelah, sekarang kaki dan badan seolah-olah mendapat seburan dari nenek moyang manusia yang dipatungkan dimuka kami.
Berseri-seri patungnya pembentuk agama manusia, seperti Zarathustra, Musa, Isa, Buddha ....... diantaranya pemdua ada yang bertanyakan Muhammad. Dengan cepat dijawab: Tidak boleh dipatungkan! Itulah tugu peringatannya. Disana engkau kelak boleh baca dasarnya Islam dan sejarah pendeknya Muhammad SAW. Nabi Muhammad melarang menyembah patung, sebab dengan begitu orang akan melupakan azas dan perbuatan. Jawab satu pemuda pula, tetapi gambaran badan dan mukanya nabi, bisa mengeluarkan minat pula! ......... “Dimana patungnya Maha Guru Kung?” tanya seorang pula. Jawab: dia sebetulnya bukan pembentuk dasar masyarakat dengan agama, melainkan dengan filsafat. Dia ditaruh antara pembentuk agama dan filsafat.
Lihatlah disana patung yang indah mulia dari filsafat dunia Barat dan Timur! Disana ada ahli filsafat baik pun idealist ataupun materialist, berdasarkan Logika atau Dialektika.
Perhatikanlah tiga serangkai yang menjadi urat aslanya pikiran zaman sekarang. Socrates, Plato, Aristoteles! Pada jejeran lain Heraklit, Demokrit dan Epikur. Disana Ibu Rusjdi, Wakidi, disana David Hume, Hegel .......... disana sapa? ............ banyak lagi.
Kami berjumpakan banyak pemudi berkeliling patungnya Omar Khayam, penyair Arab yang masih menggetarkan tali perasaannya putra dan putri. “Penyair” yang sedih sayup, tetapi langsung, lancip, tepat mengenai hati percintaan “kata seorang putri”. Penyair buat segala bangsa dan masa kata seorang putra! .......... Disana penyair Li Po, Shakespeare, Goethe, Pesjkin .......... ya siapa lagi ............
Sebelah keatas lain golongan dari besaran dunia! Science!
Galen dari Yunani, Sena dari Arab Asli, besaran tentangan Fisika, seperti Archimedes, Pascal, buat Kimia: Dalton, Mendelief, Mosky ........... Matematika Poincare, Gaus, Einstein ....... Ilmu Bintang: Copernicus, Galilei, Newton, Einstein ....... Biology: Darwin, Mendel ........ Listrik: Faraday, Edison, Ohm .......Seniman .......! Pujangga ..............! Diantaranya sudah ada scientist dan pujangga dari Jepang dan Hindustan. Cukup lengkap dengan teori, dasar yang memusingkan kepala.
Salah seorang memandang kebawah, kekaki bukit dan dengan suara seolah-olah tercengang bertanya: “Kenapa patung Alexander Julius Caesar dan Napoleon ditaruh dibawah sekali? Patung Bismark Cuma sedikit lebih tinggi? Itu patung Abraham Lincoln kenapa lebih tinggi tempatnya dair Napoleon?
Napoleon betul manusia paling ulung dalam hal kecerdasan, watak dan kemauan! Betul pula dia telah mempersatukan Eropa yang cerai-berai. Tetapi dia terlampau cinta pada Ilmu perang dan peperangan. Semua keulungannya Cuma buat hawa nafsunya sendiri. Persatuan Eropa itu dilakukan tidak dengan setujunya Rakyat Negara yang dipersatkan. Lagi Eropa Raya itu terutama buat kebesarannya sendiri buat namanya sebagai penakluk, sebagai Alexander dengan tak memperdulikan air mata dan darah yang mengalir serta jiwa yang melayang. Bismark juga begitu. Tetapi Abraham Lincoln tak boleh dijejerkan dengan Napoleon. Sifatnya Lincoln berlainan.
Akhirnya mereka, walaupun sudah lelah sampai juga kepuncak bukit. Jauh kelihatan sinar yang terlantun dari patungnya para Nabi. Pada dataran yang sama tinggi didapati patung para pembentuk masyarakat baru.
Komisi disini berhati lapang! Perbedaan muslihat kaum Sosialis dan Komunis tiadalah disini menjadi halangan buat mengaku jasa masing-masing pada masa dan masa yang berlainan. Diakui jasanya pemikir borjuis seperti Rousseau, Voltaiere dan Montesque dimasa revolusi borjuis utopis seprti Saint Simon, Fourir dan Robbert Owen, pemimpin seperti Roberspierre, Danton dan Blanqui. Sosialist seperti lassalle, Hilferding dan Kautsky. Bapak sosialisme ialah Karl Marx dan Engels, serta pengikut besarnya seperti Lenin, Trotsky, Rosa Luxemburg, dan lain-lainnya sudah tentu mendapat perhatian luar biasa terutama dari pemuda yang bekerja pada industri besar dan kecil.
Seorang pemuda sedang memanjat hendak mencium mukanya Marx dan memeluk Engels, tetapi dibatalkan oleh penjaga ramai.
Disekitarnya patung Lenin kita melihat seekor pelanduk yang sedang bermain-main dengan pemuda dan pemudi yang kebetulan hari ini datang bertamasya kemari dari Pusat Perindustrian Jiwa. Pelanduk ini memang berumah tak jauh dari patungnya Lenin. Matanya hewan ini cemerlangmenandakan kecerdasan yang maha tangkas. Sikapnya seolah-olah mengukur kekuatan lawannya dan dengan sabar menanti tempo, bilamana dia bisa menghancur-luluhkan musuhnya dengan memakai segala kelemahan musuh itu, walaupun musuhnya seorang Raja Hutan. Memang Indonesia menuju kecerdasan, dengan ketetapan hati serta kesabaran pelanduk, menentang kesusahan atau musuh.
Hewan dan bunga-bungaan serta Sang Burung mengelilingi para pemikir dan pahlawan Masyarakat Baru ini, yang terpilih dari seluruh dunia. Warnanya semua mahluk dan tumbuhan disini menyegarkan mata kami kembali. Nyanyi burung seolah-olah mengangkat diri keangkasa. Pemandangan jauh sayup kalau disertai perkakas teropong, menyaksikan kecakrawala lautan yang selalu diliputi awan! Kesanalah jalan yang akan ditempuh oleh kepulauan Indonesia menuju kesemua penjuru alam untuk bekerja bersama-sama dengan semua Negara dan semua bangsa dimuka bumi ini, buat mengadakan masyarakat baru atas:Kemerdekaan, Kemakmuran dan Persamaan sejati.
Meninggalkan Taman Manusia ini tiada dibolehkan melalui Pintu Gerbang Masuk, yang berdekatan dengan Tugu manusia najis itu. Pemerintah menjaga supaya kesan yang suci yang diperoleh dari pemandangan kebesaran nasional dan internasional tidak dikeruhi oleh perasaan jijik kecil yang ditimbulkan oleh peringatan pada manusia najis. Kita keluar melalui pintu besar yang lain.
Dimuka pintu keluar kami berjumpa dan bercakap-cakap sebentar dengan bekas Maha Guru dari Sekolah Tinggi Negara. Tiadalah bisa kami lupakan isi perkataannya bekas Maha Guru yang masyhur itu.
Arti katanya: “Dari masa sekarang tak ada lagi perbuatan Yang Baik atau Yang Buruk dari seseroang, yang tak akan dikenal dan diperingati oleh masyarakat buat selama-lamanya. Dengan begitu artinya fana dan baka, surga dan neraka, dijasmani dan rohanilah, dibentuk oleh Taman Manusia ini”. Demikianlah perkataan para Nabi pada masa dahulu.
Ada kalanya semua pengetahuan didasarkan dan diasalkan pada sesuatu yang berpikiran dan berperasaan dan berkemauan seperti kita manusia. Gurun dan hujan umpamanya diasal dan didasarkan pada Hantu dan Dewa, yang bersifat kemanusiaan. Tetapi sekarang tak ada lagi para terpelajar yang mengendaki Hantu dan Dewa itu sebagai dasar dan asal. Cukuplah sudah buat otak kita hukum alam sebagai asal dan dasar.
Demikianlah juga pada kalanya, manusia dan moralnya diasal dan diakhirkan pada sesuatu, pada Yang Maha Kuasa, yang dalam hakekatnya juga mengandung sifat kemanusiaan. Tetapi dari masa sekarang sudahlah cukup buat otak dan hati kita, kalau manusia dan moralnya itu diasal dan diakhirkan pada masyarakat dan hukumnya masyarakat itu sendiri.
Buruk dan baik itu, ialah buruk dan baik buat masyarakat itu sendiri. Asalnya masyarakat itu sendiri, dari pergaulan antara manusia dan manusia dalam masyarakat itu sendiri. Perbuatan yang baik mendatangkan akibat yang baik. Perbuatan yang buruk menimbulkan akibat yang buruk pula buat masyarakat itu sendiri. Contoh ini boleh diambil dari segala bangsa dan sejarahnya segala bangsa, dan sejarahnya segala bangsa itu dibumi ini. Hukum buruk dan baik, boleh dipetik dan dibentuk dari sejarahnya segala bangsa dan Negara yang dulu dan sekarang. Dengan begitu manusia dan moralnya sudah berdasarkan Bukti, sduah nayta dan peralaman, dan bisa berdiri atas kakinya sendiri. dan kakinya itu berada dalam masyarakat Manusia serta moralnya. Tak perlu lagi Hantu atau Dewa sebagai awal dan akhirnya manusia dan moralnya. Malah Hantu dan Dewa itu menemui akhirnya pada manusia dan moralnya yang nyata, yang berdasarkan masyarakat.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: MADILOG, Tan Malaka 1943 (Lanjutan Bagian IX)
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://yoilah.blogspot.com/2013/05/madilog-tan-malaka-1943-lanjutan-bagian.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
2 comments:
Klik dulu baru bisa rasakan ayam bangkok
Merkur Fittmatic Gaming Merkur Merkur Futur 34C - ChoEgoCasino
The Merkur 34C is one of the very first modern 12bet shaving products to 메리트카지노 be made with an ultra-flexible head for comfort william hill and
Post a Comment
Komentar