Calon-calon Pemimpin Masa Depan
1
comments
Generasi Emas Indonesia, Mungkinkah?
Sekarang ini Leeteuk, Heechul, Yesung, Shindong,
Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, dan Kyuhyun para personil
boysband Korea SuJu pastilah lebih diakrabi para pelajar kita ketimbang
sosok Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan
julukan Ki Hajar Dewantara yang tanggal kelahirannya 2 Mei ditetapkan
Pemerintah sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Apa sebenarnya
yang telah dilakukan beliau hingga layak mendapat penghormatan ini?Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada 3
Juli 1922 untuk sekolah kerakyatan di Yogyakarta. Bersama Douwes
Dekker, mengelola De Expres. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi
Oetomo dan Sarikat Islam. Selanjutnya bersama Cipto Mangun Kusumo dan
Douwes Dekker — dijuluki ”Tiga Serangkai” — ia mendirikan Indische
Partij, sebuah organisasi politik pertama di Indonesia yang dengan tegas
menuntut Indonesia merdeka. Pada zaman Jepang, peran Ki Hadjar tetap
menonjol. Bersama Soekarno, Hatta, dan Mas Mansur, mereka dijuluki
“Empat Serangkai”, memimpin organisasi Putera. Ketika merdeka, Ki Hadjar
menjadi Menteri Pengajaran Pertama. Begitulah track beliau hingga
ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959 .
Bahkan beliau pun disebut sebagai Bapak Pendidikan Indonesia,
penghormatan itu terbukti dengan ditetapkannya hari lahir beliau tanggal
2 Mei sebagai Hardiknas.
Berkaitan dengan Hardiknas 2012 yang jatuh pada hari ini menarik sekali menyimak gagasan Mendikbud, Mohammad Nuh, yang disampaikannya pada konperensi pers seputar rencana perayaan Hardiknas Senin lalu (Pikiran Rakyat Online, 2 Mei 2012). Dia menyatakan tahun ini sebagai Tahun Investasi untuk menanam ‘generasi emas’ Indonesia. Pemerintah telah menyiapkan grand design pendidikan untuk merealisasikan rencana besar Kemdikbud dalam mempersiapkan generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka (2045).
Pendidikan anak usia dini digencarkan dengan gerakan PAUD-isasi, peningkatan kualitas PAUD, dan pendidikan dasar berkualitas dan merata. Selain itu, pembangunan sekolah/ruang kelas baru dan rehabilitasi bangunan tempat kegiatan belajar mengajar yang sudah tak layak akan dilakukan secara besar-besaran. Pada aspek pelajarnya, Pemerintah akan mengupayakan intervensi khusus untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa SMA/sederajat. Nuh menambahkankan bahwa melalui upaya percepatan ini diharapkan APK SMA/sederajat dapat mencapai 97 persen pada 2020. Sementara bila tanpa intervensi persentase APK yang sedemikian diperkirakan baru tercapai pada 2040. Di sisi lain peningkatan APK perguruan tinggi juga dilakukan dengan meningkatan akses, memastikan keterjangkauan, dan memastikan ketersediaan.
Harapan yang ingin diraih dengan segala upaya di atas adalah terbentuknya generasi yang cerdas komprehensif dengan kriteria antara lain produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul.
Sebuah gagasan dan harapan yang sangat mulia, namun mengingat Pemilu akan segera digelar 2014 mendatang, patut kita pertanyakan apa yang bisa dilakukan oleh Mendikbud kita dalam periode dua tahun ini? Lalu bagaimana kelanjutan grand design yang bagus ini bila kelak Mohammad Nuh, karena pertimbangan politis, tak lagi menduduki posisinya sekarang. Bukankah sudah tradisi di negeri ini ‘ganti menteri, ganti kebijakan’? Sepertinya ‘kurang bergengsi’ untuk menjalankan kebijakan pendahulu meski terbukti bagus dan layak untuk dijaga kesinambungannya.
Pendidikan bangsa butuh waktu panjang karena tak boleh ada interupsi di tengah jalan untuk memperoleh hasil yang baik, minimal perlu 10 tahun untuk meletakkan dasar-dasar pembentukan karakter yang kokoh pada anak didik. Jadi dengan masa 2 tahun ini, lebih baik alokasikan waktu yang sangat besar untuk berdoa agar Rabb berkenan menyabdakan ‘Kun fayakun ‘ dan lahirlah generasi-generasi jenius otak-hati yang tak kesulitan berakselerasi dalam waktu singkat untuk menyerap segala asupan yang membuat mereka layak disebut sebagai benih unggulan generasi emas. Selamat Hardiknas, bangsaku!
Berkaitan dengan Hardiknas 2012 yang jatuh pada hari ini menarik sekali menyimak gagasan Mendikbud, Mohammad Nuh, yang disampaikannya pada konperensi pers seputar rencana perayaan Hardiknas Senin lalu (Pikiran Rakyat Online, 2 Mei 2012). Dia menyatakan tahun ini sebagai Tahun Investasi untuk menanam ‘generasi emas’ Indonesia. Pemerintah telah menyiapkan grand design pendidikan untuk merealisasikan rencana besar Kemdikbud dalam mempersiapkan generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka (2045).
Pendidikan anak usia dini digencarkan dengan gerakan PAUD-isasi, peningkatan kualitas PAUD, dan pendidikan dasar berkualitas dan merata. Selain itu, pembangunan sekolah/ruang kelas baru dan rehabilitasi bangunan tempat kegiatan belajar mengajar yang sudah tak layak akan dilakukan secara besar-besaran. Pada aspek pelajarnya, Pemerintah akan mengupayakan intervensi khusus untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa SMA/sederajat. Nuh menambahkankan bahwa melalui upaya percepatan ini diharapkan APK SMA/sederajat dapat mencapai 97 persen pada 2020. Sementara bila tanpa intervensi persentase APK yang sedemikian diperkirakan baru tercapai pada 2040. Di sisi lain peningkatan APK perguruan tinggi juga dilakukan dengan meningkatan akses, memastikan keterjangkauan, dan memastikan ketersediaan.
Harapan yang ingin diraih dengan segala upaya di atas adalah terbentuknya generasi yang cerdas komprehensif dengan kriteria antara lain produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul.
Sebuah gagasan dan harapan yang sangat mulia, namun mengingat Pemilu akan segera digelar 2014 mendatang, patut kita pertanyakan apa yang bisa dilakukan oleh Mendikbud kita dalam periode dua tahun ini? Lalu bagaimana kelanjutan grand design yang bagus ini bila kelak Mohammad Nuh, karena pertimbangan politis, tak lagi menduduki posisinya sekarang. Bukankah sudah tradisi di negeri ini ‘ganti menteri, ganti kebijakan’? Sepertinya ‘kurang bergengsi’ untuk menjalankan kebijakan pendahulu meski terbukti bagus dan layak untuk dijaga kesinambungannya.
Pendidikan bangsa butuh waktu panjang karena tak boleh ada interupsi di tengah jalan untuk memperoleh hasil yang baik, minimal perlu 10 tahun untuk meletakkan dasar-dasar pembentukan karakter yang kokoh pada anak didik. Jadi dengan masa 2 tahun ini, lebih baik alokasikan waktu yang sangat besar untuk berdoa agar Rabb berkenan menyabdakan ‘Kun fayakun ‘ dan lahirlah generasi-generasi jenius otak-hati yang tak kesulitan berakselerasi dalam waktu singkat untuk menyerap segala asupan yang membuat mereka layak disebut sebagai benih unggulan generasi emas. Selamat Hardiknas, bangsaku!
sumber: kompasiana
generasi muda penerus bangsa TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Calon-calon Pemimpin Masa Depan
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://yoilah.blogspot.com/2012/05/calon-calon-pemimpin-masa-depan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
1 comments:
bandar sabung ayam
Post a Comment
Komentar