Pemilu Tahun 2014 : Masa-Masa Kritis Bagi Indonesia?

Posted by sukacita 1 comments
Ketua KPK ,Busro Muqaddas dalam khutbah Idul Adha tanggal 10 Zulhijjah 1432 h bertepatan tanggal 6 November 2011 di alun-alun kota Yogyakarta mengisyaratkan,bahwa pesta demokrasi tahun 2014 merupakan saat-saat yang  menentukan lolos tidaknya Indonesia dari seleksi alam ini. Mengamati fenomena yang sudah bergulir sejak tahun-tahun terakhir ini,perkiraan tersebut bukanlah sesuatu yang sengaja diada-adakan karena di latarbelakangi oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu,tetapi hal itu memang sejak sekarang sesungguhnya sedang menuju ke  titik-titik kritis tersebut.

Fenomena memperlihatkan kepada kita,bahwa bangsa Indonesia yang memang multi kultural ini sedang dihinggapi penyakit anti sosial  dalam berbagai aspek sosial kehidupannya.Mereka lebih suka berkonflik sesamanya ,lebih menyukai tawuran daripada berbaur dengan lingkungan sosial masyarakat lainnya. Hal seperti itu tidak hanya terjadi dikalangan masyarakat akar rumput di struktur sosial paling bawah sekalipun, namun sudah merambah keberbagai lapisan sosial lainnya diberbagai jenjang pendidikan intelektualnya. Sekiranya rakyat sudah akrab dengan konflik sosial baik secara horisontal yang semakin sering terjadi dan merata,mulai dari tawuran antara gang dikediaman kumuh sampai merembes ke kalangan mahasiswa di berbagai kampus,suatu pertanda betapa rapuhnya  integritas keutuhan bangsa Indonesia.

Berbagai konflik sosial horisontal tersebut akan merupakan lokomotif bagi konflik sosial besar yang akan mendorong pula terjadinya konflik sosial secara vertikal,yang gejala-gejalanya semakin kelihatan sekarang tanpa suatu upaya dari pemerintah secara serius untuk meredamnya.Tragisnya lagi justeru konflik sosial itu kebanyakannya justeru terjadi sebagai dampak dari ketidak pedulian pemerintah terhadap apa-apa yang sudah dijanjikan sebelumnya,korupsi masih tebang pilih,bahkan terkesan ada pihak tertentu yang melindunginya sebut saja Nunun Nurbaiti,isteri Adang Darajatun politisi PKS  pelaku korupsi dalam pengangkatan Deputi BI, Miranda Gultom.

Selain itu beberapa elite politisi Partai Demokrat,yang terbelit berbgai masalah korupsi dan mafia Pemilu belum secara serius diusut oleh kepolisian,KPK,yang oleh SBY meskipun mereka tersangkut yang semestinya di non aktifkan dulu,tetapi dipertahankan dalam kabinetnya.Jadi hal-hal yang sudah dianggap bermasalah oleh rakyat justeru oleh SBY masih dianghgap bersih,sehingga layak dijadikan anggota kabinet SBY yang terkenal sangat ragu-ragu dan selalu terlambat dalam berbagai solusinya.

Kemudian berbagai masalah tersebut yang sepertinya  menyimpan berbagai amunisi yang akan meledak dimasa-massa depan karena sedikit saja suhu meningkat karena kipasan suhu politik dalam proses menuju Pemilu 2014 itu. Berbagai partai politik yang  akan menjadi kandidat dalam pemilu 2014 kedepan kelihatannya tidak banyak berubah,baik capres dan cawapresnya hanya itu-itu saja yang memang tidak bisa diandalkan oleh bangsa Indonesia.Mereka kebanyakannya merupakan avonturis-avonturis yang meloncat dari satu partai politik ke partai politik lainnya hanaya untuk meraih staus sosialnya sendiri,tanpa memiliki prestasi yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia.

Memang sekarang terdapat beberapa Partai politik baru,yang jika diamati dengan sedikit saja mulai kelihatan siapa saja figur yang bercokol didalamnya.Nah,mereka tidak lebih daripada orang-orang yang kecewa karena menjadi pecundang ,dan tersingkir oleh partai politik yang kini sedang “bersandiwara” di senayan itu. Akan tetapi mereka tidak akan  putus asa,karenanya kemungkinan besar mereka akan bisa meraih apa saja yang di inginkannya dengan memamfaatkan kelemahan  rakyat yang mudah sekali lupa dan sangat mudah disuap dengan hanya 20 -50 ribu saja mereka akan menjual suaranya.Lazimnya rakyat Indonesia seperti itu,20 -50 ribu rupiah saja apalagi BLT bisa dipastikan akan mendukung siapapun yang mau memberinya.Tetapi sekarang baru menyesal sebagaiamana dirasakan oleh para pendukung SBY sekarang ini,namunpun demikian jika kedepan ada lagi BLT rakyat juga akan memilih  juga. Siklus tersebut serring terulang kembali ,dan terkesan tidak pernah menjadi suatu pembelajaran.Itulah Indonesia !

Oleh sebab itu apa yang disinyalir oleh Ketua KPK tersebut sesungguhnya bukanlah suatu hal yang baru,tetapi sesungguhnya sudah diperkirakan jauh sebelumnya.Sekarangpun masyarakat sebenarnya tidak bergerak karena tersandera oleh waktu yang tinggal 2 tahun lagi, karena masyarakat sudah memiliki pertimbangan khusus dan matang  sehingga terpaksa menedam keinginan tersebut.Soalnyua sekiranya rakyat sekarang bergerak,lalu terjadi suatu krisis politik,ekonomi dan berbagai aspek sosial lainnya yang bisa menjadi suatu alasan kuat bagi rejim sekarang untuk menunda Pemilu tahun 2014..Bahkan bisa saja justeru”keadaan darurat”yang diberlakukan yang dengan leluasa pemerintah bisa memakai Undang-undang  anti teroris, undang-undang intelejen dan lain-lainnya sebagai alat untuk membungkam lawan-lawan politiknya. Nah semoga saja pemerintah segera memperbaiki kinerjanya dalam berbagai aspek,terutama supremasi hukum harus ditegakkan,serta para pelaku kejahatan perlu segera di tindak tegas tanpa pandang bulu.Kasus-kasus skandal Bank Century, dan berbagai mafia lainnya segera di tindak tegas.. Sekiranya konstalasi seperti sekarang belum berubah,bahkan cenderung meningkat maka apa yang diperkirakan oleh Ketua KPK itu dalam khutbahnya  memang tidak bisa terelakkan.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pemilu Tahun 2014 : Masa-Masa Kritis Bagi Indonesia?
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://yoilah.blogspot.com/2012/04/pemilu-tahun-2014-masa-masa-kritis-bagi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 comments:

susuultra023 said...

bandar sabung ayam

Post a Comment

Komentar

Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of Pilpres , Capres, Jokowi, Prabowo indonesia 2014.