Semakin Panas di Laut Cina Selatan

Posted by sukacita 1 comments
Laut China Selatan (South China Sea) yang membentang dari Singapura (Selat Malaka) sampai ke Selat Taiwan telah sekian lama menjadi sumber pertentangan bagi beberapa Negara seperti China, Malaysia, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam dan Taiwan. Negara-negara tersebut dengan dalih masing-masing mengklaim seluruh atau sebagian dari Laut Cina Selatan sebagai bagian dari teritorialnya. Cina sendiri terlihat sangat ambisius dengan klaim yang sangat luas.

Didalam kawasan laut ini memang tersimpan sejumlah alasan kuat untuk diperebutkan. Sebut saja kandungan gas alam dan minyak bumi yang demikian melimpah tentulah akan menjadi keuntungan besar bagi pemenang dari konflik berkepanjangan ini. Selain itu, lautan ini merupakan salah satu perairan yang paling sibuk di dunia. Hampir setengah kapal-kapal dunia melalui Laut Cina Selatan yang merupakan penghubung penting perdagangan Asia dan Eropa. Sebagian besar diantara kapal-kapal tersebut berlayar dari kawasan Timur Tengah membawa muatan minyak bumi.

Karenanya bagi banyak negara, kawasan ini sangat strategis untuk dijaga keamanannya. Laut Cina Selatan jelas sangat penting bagi kestabilan ekonomi dan politik global. Dengan kandungan alam dan kekayaan perairannya, tidak heran pula, kawasan ini sering menjadi sumber pertentangan dan konflik, sampai dengan menimbulkan letupan senjata. Terhitung sejak taun 1974 – 2002 terdapat 17 kali konflik senjata di Laut Cina Selatan, 12 diantaranya melibatkan Cina.

POSISI INDONESIA

Di tahun 1990-an Cina menerbitkan peta resmi versi Cina yang mencaplok hampir seluruh perairan Laut Cina Selatan sampai ke perairan Natuna (lihat peta). Hal tersebut sepertinya sangat mengusik kedaulatan Indonesia. Sebagai respon, tahun 1996 Indonesia menggelar latihan militer besar-besaran di perairan kepualauan Natuna (thanks to Pak Harto). Sampai saat ini Cina tidak pernah secara resmi menyampaikan kekeliruannya mengenai peta tersebut.

Tak berapa lama kemudian Indonesia mulai mengeksplorasi gas alam di kawasan tersebut tanpa komentar apapun dari pihak Cina yang sebelumnya mengklaimnya. Tahun 2001, Indonesia mulai mengekspor gas melalui pipa bawah laut sepanjang 400 mil ke Singapura.

Dengan semakin berkembangnya kekuatan Cina sebagai ekonomi kedua terbesar kedua setelah Amerika saat ini, berkembang pula pendapat dan kekuatiran akan agresivitas ambisi Cina dalam menyelesaikan konflik perbatasan, termasuk persoalan Laut Cina Selatan. Cina melalui retorika ‘China peaceful rise’ memilih menghindari konfrontasi langsung dengan Amerika dalam masalah tersebut. Cina sepertinya menyelesaikannya dengan negara-negara terkait.

Akan tetapi dengan kondisi kekuatan dan dominasi yang tidak seimbang, Cina di atas kertas sepertinya akan menang mudah dan malah berpotensi mengundang ketidakstabilan kawasan Asia Tenggara. Cina merupakan negara dengan jumlah tentara terbesar di dunia. Anggaran militer Cina juga meningkat drastis dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di dunia!

Tidak berlebihan jika Cina merasa sebagai penguasa di kawasan Asia. Hal tersebut tersirat dari komentar seorang diplomat Cina di Singapura beberapa waktu lalu bahwa: “Cina itu negara besar, sementara negara-negara (tetangga) lainnya hanyalah negara-negara kecil. Itu  faktanya!” Pernyataan ini menegaskan kembali semangat orde Cina yang baru di kawasan ini.

Negara-negara yang terlibat dalam perseteruan ini juga sepertinya tidak tinggal diam. Satu-satunya harapan yang ada adalah Amerika. Vietnam dan Amerika beberapa kali mengadakan latihan perang di kawasan Laut Cina Selatan. Tentu saja hal ini selalu mengundang kritik dari Cina bahwa Vietnam berusaha memancing-mancing.

Amerika sendiri mengakui pentingnya Asia Pasifik dalam arah kebijakan politik luar negerinya. Bulan Desember 2011 lalu, menteri luar negeri, Hilary Clinton menyebut abad 21 ini sebagai “America’s Pacific Century.” Sebuah ungkapan tegas mengenai keinginan Amerika untuk terlibat aktif dalam setiap permasalahan strategis di kawasan ini.

Hal ini tidak berlebihan mengingat strategisnya asia Pasifik bagi perekonomian dan politik global termasuk ekonomi Amerika sendiri. Di kawasan ini terdapat sejumlah perusahaan Amerika termasuk Freeport di Papua. Amerika bisa saja semakin kuatir dengan bayang-bayang Cina yang semakin menggenggam kawasan Asia.

Rencana terdekat Amrika saat ini adalah menempatkan personil militer di Darwin (Australia Utara). Sekitar 2500 personil secara bertahap akan ditempatkan di kawasan yang hanya berjarak sekitar 800 km dari perbatasan Indonesia tersebut. Cina, di sisi lain, sudah berencana pula ‘menghadang’ dengan menempatkan personil militer di Timor Timur…hanya ‘sejengkal ‘dari Indonesia.

Kebijakan ekonomi dan politik ‘Cina peaceful rise’ memang patut dipertanyakan. Tetapi yang lebih penting dari itu, sejauh mana pihak Indonesia merespon dan mewaspadai perkembangan ini. Indonesia yang sudah lama dikenal sebagai stabilisator penting kawasan Asean dan Asia memiliki peran signifikan dalam isu ini.
sumber: kompasiana
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Semakin Panas di Laut Cina Selatan
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://yoilah.blogspot.com/2012/05/semakin-panas-di-laut-cina-selatan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 comments:

susuultra023 said...

bandar sabung ayam

Post a Comment

Komentar

Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of Pilpres , Capres, Jokowi, Prabowo indonesia 2014.