2014, Perang Ideologi Atau Perang Intelejen

Posted by sukacita 1 comments
Para pejudi politik yang berani gambling untuk pertaruhanya kadang lupa mempertimbangkan harapan dan mimpi rakyat, ternyata para pejudi tersebut masih belum sepakat bahwa pemilihan presiden berikutnya adalah melalui pemilihan umum 2014 sesuai amanat konstitusi,masih ada yang mewacakan pemilu dipercepat dengan jalan menurunkan pemerintahan yang sah sebelum 2014 baik melalui rental Kudeta atau nyanyian Revolusi.

Tulisan kecil ini tanpa bermaskud merendahkan wacana di luar pemilihan umum yang terus di kumandangkan,tapi mencoba melihat Harapan besar mulusanya jalan Demokrasi konstitusional perubahan kepemimpinan nasional melalui jalan pemilihan umum artinya pemilu 2014, tentu saja dasarnya Indonesia harus di selamatkan dari huru hara politik seandainya tidak tepat melangkah.

Pasca Reformasi 98 atau istilahnya masa transisi Bangsa ini masih sepakat walaupun tidak tertulis bahwa pemilihan kepemimpinan nasional yang dilakukan melalui jalan Demokratis, sehingga proses transisi politik berjalan mulus,tidak terbukti secuilpun bahwa Bangsa ini akan larut dalam pusaran konflik seperti yang diramalkan para anslis dunia yang memang akan di untungkan dari runtuhnya NKRI.

Satu kali pemilihan kepala negara  melalui anggota DPR RI yang terdiri dari macam-macam partai setelah sekian lama di tentukan oleh ratusan ‘penentu’ dari tiga partai,lalu ini yang sangat menentukan sebuah negara besar,baik dalam jumlah Rakyatnya,besar dengan keberagamanya,juga negara muslim terbesar di dunia,melakukan pemilihan pemimpinya secara langsung dan berhasil,sebuah mahakarya anak bangsa atas karunia Allah SWT yang terus di tulis dengan tinta emas dalam peradaban dunia, Proses transisi itu berhasil di lalui dengan gemilang.

Kembali ketulisan awal bisa di katakan bahwa pemilihan umum 2014 yang di agendakan sesuai konstitusional adalah pintu utama berakhirnya transisi politik nasional, di 2014 ini juga akan berlangsung ‘liga’ Demokrasi terbesar akan berlangung, dan tentu saja suasaana kebathinanya akan sangat berbeda dengan 2009 walaupun sama-sama di bawah landasan pemilihan umum secara langsung.

Apa yang membedakan? Intinya di pemilu 2014 mendatang masyarakat semakin matang dalan politik,pendidikan politik yang   selama ini berlangsung menjadikanya matang sehingga harapan Indpnesia kedepan sudah terbentuk,yang kedua Demokrasi memberikan peluang besar pada Ideologi apapun untuk berkiprah dalam perhelatan tersebut,ideologi yang selama ini tiarap karena psikologis sejarah akan menunjukan taringnya secara jantan baik Islam,Kapitalis,  Komunis,termasuk sosialis dll dalam arti para ideolog berhasil melakukan konsolidasi, ketiga pergantian era,era SBY akan memasuki massa istirahat diganti oleh era baru,maka tidaklah heran kalau buka-bungan pertarungan 2014 sudah tumbuh dan mekar sejak hari ini,termasuk isu2 penggulingan kekuasaan adalah bunga-bungan 2014.

Naiknya Sri Moelyani ke peta politik nasional belakangan ini dengan kendaraan politik sendiri walaupun pada saatnya nanti bisa ‘merental’ partai yang sudah ada semakin meramaikan bursa pemilu 2014 apalagi pencalonan Presiden Sri moelyani di dukung oleh partai dengan tokoh-tokoh senior yang berhaluan sosialis seperti Goenawan Muhamad,Rahman tolleng, Arbi sanit  dll membawa pesan tegas bahwa perang terhadap penganut Neoliberalism akan terbuka.

Kemunculan Sri tentu saja  akan mengkonsolidasi diri para penganut paham tersebut di partai manapun mereka berada,baik di PKS, Golkar,PDIP, Demokrat dll,artinya bahwa Sri Bukan saja membawa agenda kepentingan besar kaum pemodal asing seperti yang dituduhkan pihak2 lawan politiknya  tapi juga yang lebih utama Sri menjadi wadah bersatunya kaum sosialis dalam peta politik nasional yang selama ini berserakan.

Di sisi lain, kelompok yang berhaluan Neoliberalism tidak kalah solidnya,kelompok yang selama ini membawa kepentingan pasar terbuka juga semakin kuat,berbagai amandemen yang menjadikan Indonesia pasar bebas adalah bukti begitu kuatnya kelompok ini menguasai jagat politik,kelompok ini juga ada dimana –mana tapi mungkin tidak kemana-mana.

Kelompok yang ketiga adalah penganut ideologi islam / syariat, kelompok ini juga berhasil melakukan konsolidasi dengan agenda yang sama menjadikan Indonesia negara Islam (merubah Ideologi Negara Pancasila), sebuah wacana yang tidak pernah berakhir dan berlindung di balik Demokratisasi dengan rapih,dan kelompok ini sama seperti Ideologi yang lain menyebar di berbagi Partai tapi lebih subur di Ormas dan kemasyarakan lainya. Dan Yang juga jangan di pungkiri memiliki kekutan adalah kelompok Komunis dan Islam moderat,kelompok ini tetap semarak dalam tidurnya, dan berjalan-jalan di antara partai-partai yang semakin terbuka.

2014 adalah pertarungan yang sarat dengan benturan Ideologi,konsep membawa Indonesia lebih baik akan di dasarkan pada Ideologi tersebut bukan lagi kehendak pasar atau rakyat,tapi rakyat diajak bernostalgia dengan biusan ideologi, kondisi tersebut juga berbarengan dengan menurunya keyakinan perubahan bangsa melalui jalur politik,dalam arti kepercayaan rakyat terhadap parpol yang turun drastis selama ini akibat prilaku elite akan terobati oleh biusan tersebut.

Perang Ideologi tersebut akan sangat terasa karena memang dunia juga sedang mengalami hal yang sama, perang Dagang yang berlatar belakang Ideologi,AS,CINA, Uni Eropa dan Islam bertarung pengaruh di segala lini,di lembaga Dunia seperti Word Bank,IMF,Vatikan,kursi AS 1,PBB dll,semua bermuara pada perang tersebut,  dan tentu saja mereka juga akan ikut memainkan perang tersebut sesuai dengan kepentingnya,baik kepentingan kelompoknya atau kepentingan nasionalnya dan kita bisa merasakanya bagaimana konflik-konflik antar bangsa saat ini di belahan dunia sangat di tentukan oleh pertarungan kepentingan negara-negara besar tersebut dengan ideologinya.

Lalu apa hubunganya dengan Inteljen,apa kaitanya dengan Perang Inteljen,ini bisa dimaknai sebagai perang peran dan kelompok yang selama ini berjalan di dunai ini,baik militer,polisi maupun sipil.Proses Demokratisasi yang luar biasa ini memang membuka kran selebar-lebarnya terhadap partai untuk menampung siapapun berkiprah termasuk para purnawirawan untuk berkiprah.

Kita juga bisa merasakan kehadiran para purnawirawan tersebut begitu luar biasa sehingga hampir semua partai yang dimaskuinya membawa nuansa ‘gerakan tertutupnya’. Kalau dulu hanya Golkar sebagai wadah purnakarya maka saat ini tidak ada satupun partai yang tidak menampung para petinggi yang pernah berkiprah dalam kelompok strategis tersebut, PDIP,Golkar,Demokrat,PKS,Hanura dan Gerindra,PPP,PKB semuanya hadir dan sah sesuai UU.

Perang inteljen tersebut bisa di pahami dalam konteks rival dan persaingan politik yang tentu saja akan berbicara kekuasaan dan uang walaupun dalihnya berbagai ragam baik NKRI,Indonesia lebih baik,dsb rival tersebut selama ini tertera pada  Jenderal merah,Jenderal ijo,Jenderal Orde Baru,jenderal Orde Reformasi, jenderal sakit hati,walaupun bisa saja itu Cuma kecamata yang rabun.

Namun demikian diera ini sesuai dengan konstitusi siapapun dan kelompok manapun berhak untuk ikut mewarnai jagat politik,tranisisi telah banyak melahirkan tokoh politik nasional yang pada awalnya justru ditelan jaman karena pandangan politiknya keluar mainstream dan kepatutan.

Jadi pada 2014 bukan saja pertarungan ideologi, tapi juga pertarungan inteljen yang tumbuh dan subur di berbagai partai,sebuah pertarungan yang tentunya sangat menarik,karena ini bukan saja pelajaran berharga bagi rakyat tapi juga pilar penting supaya bisa melokalisir pertarungan tetap dalam koridor NKRI,walapun seperti pohon bambu tidak semua bambu sama lurusnya.

Catatan Akhir

Perang Ideologi yang sesunguhnya harus di maknai sebagai Perang antara Pancasila dan perongrongnya,harus di pahami sebagai perang antara NKRI yang tetap utuh dengan yang mengharapkanya Runtuh.NKRI dan Pancasila adalah harga  mati sesuai dengan kesepakatan nasional,artinya Ideologi apapun silahkan bertarung di Republik Ini tentunya untuk membawa Indonesia lebih baik,tapi kalau yang lahir adalah Ideologi yang membawa pesan perpecahan,perubahan Ideologi negara maka tentu saja harus di anggap musuh bersama,karena ideologi tersebut adalah penumpang gelap Reformasi, Inteljen yang bertarung dan mewarnai berbagai Ideologi konstestan pada pemilu 2014 semoga tetap pada peran politik kebangsaanya,tidak hanyut pada sejarah masa lalu yang tergelincir,sedangkan berbicara donatur asing yang sudah geer melihaat Indonesia diambang perpecahan dan melihatnya sebagai keuntungan yang di depan mata sehingga mau menjadikan Indonesia sebagai medan konflik dan pertarunganya biarlah itu tumbuh dalam angan-anganya.kini yang perlu segeral dilakukan adalah konsolidasi nasional dalam rangka melawan berbagai ancaman desintegrasi nasional yang mulai ada riaknya, konsolidasi nasional sebagai wujud ‘jiwa negarawan’ para politisi kita, sekaligus memberikan ketauladanan pada rakyat untuk selalu waspada,tetap bersatu, tidak mudah di pecah belah,dan terus berkarya dan mandiri sehingga agenda besar perubahan kepemimpinan nasional sesuai amanat Rakyat yang tertuang dalam konstitusi yaitu melalui pemilu 2014.  sumber: kompasiana
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: 2014, Perang Ideologi Atau Perang Intelejen
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://yoilah.blogspot.com/2012/04/2014-perang-ideologi-atau-perang.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 comments:

susuultra023 said...

bandar sabung ayam

Post a Comment

Komentar

Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of Pilpres , Capres, Jokowi, Prabowo indonesia 2014.