Fabrice Muamba, dari medan perang menuju lapangan hijau

Posted by sukacita 0 comments
Ketika Fabrice Muamba dan keluarganya meninggalkan perang di Zaire (sekarang berubah nama menjadi Kongo) dan hengkang ke Inggris pada tahun 1999, dia yakin telah lolos bukan hanya dari kematian tetapi juga dari kelaparan dan ketidakpastian masa depan, seperti orang-orang Afrika lainnya yang meninggalkan zona perang di Rwanda, Angola, Liberia, Sierra Leone dan Pantai Gading dengan keluarganya untuk memulai hidup baru di Barat.

Pada tahun 2008 kepada The Daily Mail, Muamba mengatakan : "Ini sangat, sangat sulit. saya melihat peperangan. Saya melihat orang-orang mati. Saya tumbuh dengan suasana itu. Menakutkan."
"Saya tidak hidup jauh dari tembakan senjata dan suara mereka meninggal. Sungguh sulit untuk terbiasa dengan hal tersebut, terutama suara tembakan di malam hari. Itu memang mempengaruhi saya."
"Itu membuat kami berhenti bermain sepakbola karena kami takut akan terbunuh. Satu atau dua teman saya terluka, satu atau dua dari mereka meninggal."
Ayah Muambu, Marcel, dipaksa untuk meninggalkan Kongo pada tahun 1994 karena dia dikenal sebagai penasehat dari presiden diktator Mobutu Sese Seko.
Dengan pasukan anti-Mobutu mengejarnya, ayah Muambu mengungsi di Inggris. Setelah lima tahun, ia diberikan suaka yang mengizinkannya sisa anggota keluarganya bergabung dengan dirinya di Inggris.
Meskipun tidak ada satupun keluarga Muamba yang dapat berbicara bahasa Inggris saat mereka datang, orang tuanya tidak pernah menyesal memutuskan untuk datang ke Inggris. Mereka memberi kesempatan kepada anaknya untuk memperdalam akademis dan sepakbola.
Pada tahun 2002, di umur yang ke-14, Muamba bergabung dengan klub di daerahnya, Arsenal. Dia membuat banyak orang terkesan dan dalam waktu enam bulan dia dinaturalisasi menjadi warga negara Inggris, memperkuat timnas Inggris U-16, dan mencatatkan debutnya menghadapi Wales pada tanggal 1 November 2002.
Terus meroket di rangking klub dan level internasional, Muamba lulus dari akademi Arsenal tahun 2004. Ia juga terus naik tingkat dari timnas U-17 ke U-18.
Beberapa bulan setelah menginjak umur 17 tahun, dia menandatangani kontrak profesional pertama dengan Arsenal. Dua pekan setelah itu, dia langsung membantu Arsenal menang dengan skor 3-0 atas Sunderland di hadapan 47,366 penonton di Stadium of Light.
Sebelum pertandingan, ketika ditanya mengenai apa yang dirasakannya saat itu, ia menjawab: "Pelatih [Arsene Wenger] tersenyum dan memberitahu saya untuk menikmati pertandingan dan melakukan apa yang dapat saya lakukan dengan baik."
Apa yang dapat dilakukan Muamba dengan baik adalah bertahan. Terutama, tekel, antisipasi, umpan dan juga penempatan.
Tentu saja, Muamba pernah membicarakan seni tentang tekel, ia menyatakan: "Tekel hanya masalah timing. Jika anda mendapatkan timing yang tepat, semua yang anda lakukan adalah menyentuh bola."
"Beberapa pemain yang melakukan tekel, melakukannya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pemain yang paling keras di lapangan. Tetapi ini bukan tentang menjadi keras. Ini tentang dapat mengambil bola, dan itu saja."
Muamba mengaku dirinya terinspirasi dengan Patrick Vieira dan ia mengadopsi posisi gelandang bertahan sebagai posisinya. Sebuah apresiasi yang sangat tinggi dengan membandingkan dirinya dengan legenda asal Prancis tersebut, laman resmi Arsenal pernah menyatakan: "Tidak ada yang dapat menyingkirkan fakta bahwa kedua pemain tersebut memiliki banyak kesamaan dalam gaya permainan, dengan dan tanpa bola."

sumber:goal.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Fabrice Muamba, dari medan perang menuju lapangan hijau
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://yoilah.blogspot.com/2012/03/ketika-fabrice-muamba-dan-keluarganya.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Komentar

Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of Pilpres , Capres, Jokowi, Prabowo indonesia 2014.