Cinta Segitiga Sri Mulyani Indrawati?

Posted by sukacita 2 comments
gambar: Yudistiraraya.blogspot.com

Mestinya ditulis “Cinta Segitiga” Sri Mulyani Indrawati, dengan tanda petik. Tapi, ini sudah pertarungan kertarikan tawaran judul, trend minat pembaca sebagai pintu mencapai substansinya. Memang ada ‘cinta segitiga’ antara Partai SRI, Partai Demokrat dengan Sri Mulyani Indrawati (SMI). Karena, terkait banyak pilihan dan pinangan yang amat mungkin datang menjumpai seorang SMI, Managing Director Bank Dunia, bila kelak ia memutuskan berhenti dari tugasnya di Bank Dunia dan memenuhi testimoninya “I will be back”, ya, SMI akan kembali ke Indonesia, bila dikehendaki rakyat menjadi Pemimpin Negeri ini di tahun 2014-2019.
Meski perhelatan pemilu Presiden (pilpres) 2014 masih jauh, elus-mengelus jago sudah dimulai sejak Agustus 2011.  Gendang tarung itu memang bukan dimulai oleh Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Keadilan (SMI-K) ketika mendaftarkan Partai SRI (Serikat Rakyat Independen) ke Kemenkumham, tetapi relatif dinyatakan formal. Sementara Partai-Partai Senayan masih cair dan malu-malu kucing atau baru melakukan testing in the water hingga retorika soal kandidat Presiden dari partainya, kecuali Gerindera yang jelas mendukung Prabowo Subianto.

Partai berkuasa Demokrat sejak tahun 2011 lalu, hanya muncul pernyataan Presiden SBY yang menyatakan, bahwa keluarga istana tidak akan maju dalam calon presiden (Capres) 2014. Pernyataan SBY kemudian dihadang dengan isu majunya Ani Yudhoyono, isteri Presiden. Berita terpojok di dalam isu capres 2011, dua Ani, maksudnya Sri Mulyani dan Ani Yudhoyono, masuk bursa capres Partai Demokrat.

Salah satu yang relatif menarik adalah jago partai Golkar. Nama bos Golkar Ical atau Aburizal Bakrie adalah yang berulang dinyatakan akan menjadi capres dari Golkar. Untuk sekian waktu Golkar yang sangat piawai mengolah isu politik membiarkan para ‘pengawal’ Ical untuk terus mendorong kereta Ical. Tetapi, baru pada bulan lalu, Ical memang ditantang terbuka oleh sesepuh dan tokoh politik senior golkar Akbar Tanjung, yang menyatakan, “Pencalonan Ical belum final”. Artinya, Ical mesti mengerem niat ‘Capres Tunggal’ dari Golkar, ya dirinya. Bagi publik, apa yang telah tampak mengkristal dalam aksi terjang Ical, kembali cair. Setidaknya, langkah  Ical tertahan dan masih akan bersaing dalam internal Golkar sebelum masuk ke arena Capres publik. Tidak ada jaminan pula, bahwa Ical otomatis jadi Capres dari Golkar.

Tapi, disangkal atau tidak, pertarungan kandidat RI-1 telah disketsakan lewat Pilkada DKI 2012. Pesta rakyat DKI menentukan RI-3, begitu Gubernur DKI diinisialkan, memberi kita gambar kasar Pilpres 2014. Demokrat, Golkar, PDI-P hingga PKS tampak percaya diri untuk maju sebagai pengusung utama kandidat, tinggal mencari partai mitra. Koalis Partai Gerindera dan PDI-P dapat berubah di Capres 2012, tergantung deal-deal keduanya. Meski tidak tertutup pasangan 2012 Mega-Prabowo dapat menjadi salah-satu pilihan, tampaknya kalo boleh jujur, Prabowo tampak lebih ingin bergandengan dengan Puan Maharani, puteri Megawati. Tapi, Prabowo dapat saja mencari pasangan lain, bahkan bukan tidak mungkin di luar mitra koalisi PDI-P.

Sketsa pilgub DKI, toh belum memasukkan warna partai-partai baru yang mungkin muncul, misalnya dari Partai PKBN Yenny Wahid, Partai SRI ataupun Nasdem. Bahkan, anggapan adanya resistensi yang kuat dari dalam kotak ‘tempurung’ Senayan, dengan pelbagai produk UU yang menghalangi pertarungan terbuka Capres 2014,hanya menghalau sebagian perjuangan partai baru tetapi tidak seluruhnya.

Partai Demokrat Jangan Pilihan Pertama

Tentang ‘cinta-segitiga’ yang dapat mungkin terjadi antara SMI, Partai SRI dan partai lain, terutama partai Demokrat, lebih real dan faktual terlalu dini pula dibicarakan. Tapi, proses hubungan itu berlangsung, ada dalam ‘rasa cemburu’ yang belum tentu diketahui ‘si gadis pujaan’ SMI. Artinya, mungkin sekali partai Demokrat masih bertepuk sebelah tangan. Tapi, partai SRI relatif memiliki hubungan imajinatif (istilah Rahman Tolleng) dengan SMI. Jadi, merosotnya ‘cinta’ masyarakat kepada Partai Demokrat dan para awaknya, jangan sampai berimbas pada kandidat yang dicalokan nantinya.

Di sisi lain, Partai SRI sedang bergumul menjalani program ‘body building’ agar menjadi pemuda kokoh berotot dan sedikit berotak, apa pun tantangannya, demi mewujudkan tulus cintanya kepada SMI. Keadaan terburuk, cinta segitiga ini dapat berubah, bila Partai SRI adalah pengusung SMI, Demokrat menjadi mitra pendukung. Ini sebuah kemungkinan tanpa hirau akan hegemoni partai berkuasa. Pada hemat saya, partai Demokrat sebaiknya bukan pilhan pertama SMI untuk maju Capres 2014, bahkan kalaupun yang pertama kali ditawarkan Capres.

Untuk bicarakan kemungkinan pasangan SMI yang lain dengan Wimar Witoelar (WW), sebaiknya tidak amat serius, tapi dalam acara nonton big-match English Premiere League Arsenal versus MU, misalnya. Saya dan WW sama-sama penggemar Tim Gudang Puluru atau The Gunners. Wimar Witoelar pertama tidak setuju kemungkinan pasangan SMI – Prabowo. WW punya alasan seperti publik umumnya. Politisi Gerindera Fadlizon juga menolak kemungkinan pasangan politis ini, dengan alasan ‘ideologi-ekonomi’: Prabowo Kerakyatan, SMI ideologi pasar. Mudah menjelaskan: Fadlizon seperti tidak sedikit orang, tidak paham praktek ekonomi dan ideologi ekonominya. Substansinya, praktek ekonomi yang baik untuk kebaikan publik, tidak boleh mendapat stigmatisasi ideologi hitam putih, seolah ekonomi kerakyatan mutlak baik, sebaliknya ekonomi pasar sudah pasti salah. Ini kekeliruan mencampur das sein dan das sollen. Orang Romawi mengatakan, “Primum vivere, deinde philosophari”, hidup saja lebih dulu, berfilsafat kemudian.

Tapi, soal Arsenal dan WW, saya juga tetap setuju kalau kemenangan atau skor adalah satu-satunya ukuran kepuasan menonton si kulit bundar. Mungkin gaya dan ‘ideologi’ bola yang dikembangkan Arsene Wenger. Dalam kemungkinan politik, Prabowo dan SMI, dapat bertukar tempat RI-1 dan RI-2. Saya dan WW mungkin tidak langsung sepakat soal permohonan maaf HAM oleh Presiden SBY, tapi sambil menanti substansinya, Prabowo adalah satu-satunya jenderal yang diberhentikan dengan hormat dan menerima sanksinya. Dalam hubungan Antasari Azhar, Nasrudin Zulkarnaen dan WW yang lain (Wiliardi Wizard), saya dan WW juga memiliki logika yang nyaris sama: adanya konspirasi. Tapi, saya lebih cenderung setuju pembebasan Antasari Azhar sama pentingnya dengan deklarasi Permohonan maaf Negara untuk kasus HAM. Tanpa semua itu, peringkat Arsenal nomor 3 di Liga Inggris, tetap membuat Wimar dan saya bahagia. Tapi, soal Prabowo-SMI, tergantung dari Partai Gerindera dan Partai SRI, tetapi terutama SMI dan Prabowo sendiri. Ini juga belum harga mati.

Jalan gampang dan relatif mudah adalah lewat partai Demokrat, seandainya ditawarkan sebagai pengusung SMI. Tapi, baiknya tawaran itu dipertimbangkan matang, karena beban politik satu dekade. Atau, tawaran itu menjadi pilihan terakhir di menit terakhir pencapresan nanti. Nasdem saja mau mencalonkan SMI  koq. Artinya, untuk maju RI-1 di 2014, SMI memiliki satu partai SRI sebagai pengusung. Partai pendukung lainnya boleh ikut sebagai pendukung, bila SMI mengatakan, “Yes, I’ll be back, soon”.

sumber: kompasiana
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Cinta Segitiga Sri Mulyani Indrawati?
Ditulis oleh sukacita
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://yoilah.blogspot.com/2012/05/cinta-segitiga-sri-mulyani-indrawati.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

2 comments:

agentaruhanbolavita said...

TOGEL KLIK4D bersama B O L A V I T A

Memiliki Pasaran Paling Terkenal >> Singapore - Kuala Lumpur - Hongkong << Dengan Diskon Terbesar Dan Minimal Deposit Hanya 50rb dengan Support Semua Bank Indonesia

Segera Bergabung Bersama kami Sekarang Juga !

BBM : BOLAVITA
WA : 081377055002

susuultra023 said...

bandar sabung ayam

Post a Comment

Komentar

Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of Pilpres , Capres, Jokowi, Prabowo indonesia 2014.